Name:
Location: Indonesia

Tuesday, January 31, 2006

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak ???

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak ???

Oleh : Pelangi Midi Prathami, Psi.

Orangtua seringkali bingung terhadap anak-anaknya yang terlihat malas untuk belajar ketika mereka menghadapi minggu ujian atau tidak mengerjakan PR sekolah. Terkadang orang tua menampilkan reaksi marah terhadap anak-anaknya ataupun memberikan komentar-komentar terhadap prestasi belajar yang rendah yang dicapai si-anak. Dapatkah terbentuk minat anak untuk belajar dengan kondisi demikian?

Lingkungan belajar memiliki peranan yang penting di dalam proses belajar seorang anak. Jika lingkungan belajar anak tidak menanamkan penilaian terhadap suatu keberhasilan, maka hal ini secara perlahan akan menghambat perkembangan belajar anak.

Seberapa banyak informasi yang telah dipelajari seorang anak merupakan gambaran dari seberapa besar minatnya untuk belajar. Minat anak untuk belajar merupakan cerminan dari keberhasilan cara pembelajaran yang mereka sukai. Keberhasilan ini akan memotivasi mereka untuk melakukan suatu hal dengan lebih baik. Sebagai contoh, anak yang kuat secara fisik akan menyukai olaharaga bela diri; Anak yang cekatan/terampil akan menyukai permaianan lego, anak yang ahli bahasa sangat menyukai permainan menyusun kata (Scrable). Ketika seorang anak menyadari kemampuanya dalam suatu bidang tertentu, maka ia pun akan dengan sendirinya memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan hal tersebut bahkan akan berbuat untuk lebih baik lagi. Membiasakan anak untuk belajar adalah kunci untuk membentuk lingkungan belajar yang positif.

Keinginan anak untuk belajar merupakan hasil dari stimulus yang mereka terima melalui indranya. Apa yang telah mereka pelajari adalah cerminan dari seberapa sering, seberapa kuat dan seberapa lama rangsang dari lingkungan berhasil mereka serap. Kita mungkin dapat membuat anak tinggal pada suatu tempat pada jangka waktu yang cukup lama dan kita berikan suatu materi secara berulang-ulang, tapi kita harus menyadari anak memiliki kontrol sendiri terhadap stimulus yang diterimanya, apabila ia merasa stimulus tersebut menarik atau disukainya, maka ia akan belajar dengan lebih cepat, namun bila tidak proses belajar akan sangat lamban atau bahkan tidak akan pernah terjadi.(bersambung)

Disadur dari Journal of The National Academy For Child Development
Pelangi Midi Prathami, Psi. (AMADIKA Children Development Partner)

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak (2)

Oleh : Pelangi Midi Prathami, Psi.

Membuat anak menyukai untuk belajar sangat ditentukan oleh lingkungan belajar mereka. Lingkungan yang memberi respon positif akan mendorong anak untuk belajar lebih giat, sedangkan lingkungan yang memberi respon negatif akan membentuk actual neurological disfunction yang akan menghambat perkembangan dalam proses belajar. Sebagai contoh, komentar orang tua terhadap hasil ujian seorang anak haruslah bersifat positif, hal ini menunjukan pada anak bahwa ia telah menunjukan hal yang bagus, sedangkan bila bersifat negatif akan melemahkan bahkan menghancurkan motivasi anak. Sayangnya, kebanyakan orangtua lebih sering memunculkan respons yang bersifat negatif. Oleh karena itu kita harus belajar untuk menciptakan lingkungan yang positif.

Di bawah ini terdapat beberapa contoh dari perbedaan antara respon yang bersifat positif dengan respons yang bersifat negatif yang ditunjukkan orang tua terhadap anak yang menduduki peringkat ke tiga pada ujian metematikanya :
(-) : Budi, kamu itu anak yang pintar dan ibu sangat berharap kamu bisa mencapai hasil yang lebih baik lagi. Hari ini hasil ujianmu salah satu, kamu harus belajar lebih giat lagi dan lebih berhati-hati dalam mengerjakan soal-soal ujian mu!!
(+) :Budi, ini bagus sekali !! Kamu benar sembilan! Bagaimana kamu bisa sepintar ini ?
(-) : Ani, Kamu salah tiga, kamu harusnya bisa lebih baik dari ini. Mama tidak memberimu hadiah untuk itu.
(+) : Hebat Ani, Kamu benar tujuh dan ada tiga soal yang sulit, ya tapi tidak apa-apa mama akan Bantu kamu untuk menyelesaikan soal sulit ini.
(-) : Adi, ini buruk sekali. Kesalahan kamu lebih dari setengah soal-soal ini, kamu tidak berusaha sungguh-sungguh ya?
(+) : Hebat Adi kamu bisa menyelesaikan ketiga soal ini. Sekarang perhatikan, mama akan coba menyelesaikan soal ini, mama yakin kamu pun pasti bisa menyelesaikannya dengan baik lain waktu.

Dapatkah anak-anak tumbuh dan belajar dalam lingkungan yang memberikan respon negatif bila berbuat kesalahan? Tentu saja bisa, namun anak-anak tidak dapat maju dengan pesat dalam lingkungan tersebut, mereka tidak dapat belajar dan berkembang sebaik jika anak berada di dalam lingkungan yang memberikan respon positif, yang mendukung proses belajar anak. Gejala-gejala dari lingkungan yang memberikan respon negatif termasuk juga cara memberikan perhatian yang kurang baik seperti adanya penyimpangan, motivasi yang rendah, kemarahan, self image yang rendah, perkembangan dan proses belajar yang belum optimal. Menciptakan lingkungan yang memberikan respon positif yang mendukung anak untuk belajar dapat merubah sikap anak, konsep diri mereka, tingkat kemampuan belajar dan tingkat terjadinya proses belajar.

Apa yang anak perlihatkan dari suatu proses belajar adalah sebuah gambaran dari hal-hal yang telah kita tanamkan. Jika kita tidak suka dengan hasil yang telah dicapai oleh anak, maka kita harus mengkaji ulang dan sedikit merubah stimulusnya, membentuk suatu lingkungan belajar yang baik. Kita harus dapat memberikan penjelasan untuk apa yang telah diketahui anak dan memberikan penghargaan untuk apa yang telah mereka lakukan dengan baik. Hasilnya anak akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Disadur dari Journal of The National Academy For Child Development
Pelangi Midi Prathami, Psi.(AMADIKA Children Development Partner)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home