Kumpulan Artikel Seputar Kesehatan Bayi dan Balita

Name:
Location: Indonesia

Tuesday, January 31, 2006

3 MANFAAT SUKA MENJATUH-JATUHKAN BENDA

3 MANFAAT SUKA MENJATUH-JATUHKAN BENDA



Tiap batita akan melalui fase hobi menjatuh-jatuhkan benda. Mengapa batita suka sekali pada aktivitas ini? Sensasi apa, sih, yang dirasakannya saat melihat benda yang dipegangnya jatuh?

Sampai pegal rasanya menemani Reno bermain. Maklum, si kecil yang baru saja menginjak usia 1 tahun ini lagi suka-sukanya menjatuhkan barang apa pun yang dipegangnya. Setelah diambilkan, benda tersebut akan dijatuhkannya lagi, begitu terus sampai yang menemaninya bermain bosan karena berulang kali harus membungkuk mengambilkan benda yang ia jatuhkan.



"Tiap batita akan mengalami fase ini, walaupun waktu mulainya tidak harus persis sama. Tapi yang jelas tahapan ini akan dilalui di usia batita awal," ujar Vera Itabiliana, Psi., dari Yayasan Pembina Pendidikan Adik Irma, Jakarta. Meski tiap anak batita pasti melewati tahap ini, tapi durasinya bisa berbeda-beda pada tiap anak. "Ada yang melaluinya dalam jangka waktu sebentar saja, tapi ada juga yang sedikit lebih lama."

Yang justru perlu diwaspadai adalah bila sampai berusia 1 tahun, kemampuan menggenggam sebagai awal fase menjatuhkan belum terlihat berkembang. "Untuk melatihnya, berikan anak benda-benda yang menarik untuk diraih dan digenggam sebagai sarana latihannya," saran Vera. Selain itu orang tua juga bisa memberikan contoh bagaimana menggenggam dan kemudian menjatuhkan benda tersebut agar anak bisa merasakan sensasi yang didapat.

EKSPLORASI INDRA

Sensasi apa sebenarnya yang dirasakan batita saat menjatuh-jatuhkan barang? "Yang paling menarik buat anak adalah suara yang ditimbulkan benda jatuh tersebut," tutur Vera. Bisa suara gemerincing mainan, kaleng, atau bahkan suara barang pecah.

Di usia ini indra anak sedang dalam tahap eksplorasi besar-besaran. Saat melakukan aktivitas tersebut, anak akan menemukan fenomena yang menarik. Di antaranya indra pendengaran akan menangkap bunyi benda jatuh. Indra penglihatannya akan menangkap benda bergerak dari atas ke bawah. Sementara indra perabanya akan merasakan benda yang tadinya ada di tangan kemudian terlepas. Dari hal-hal itulah anak akan belajar bahwa yang ia lakukan sendiri bisa menimbulkan sesuatu yang menyenangkan.

BANYAK MANFAAT

Karena dilakukan terus-menerus, sering kali orang dewasa yang menemani si batita bermain jadi bosan karena harus bolak-balik mengambilkan benda yang dijatuhkannya. "Padahal banyak sekali manfaat yang bisa didapat anak saat melakukan kegiatan tersebut. Lewat fase ini sebenarnya anak melatih keterampilan tangannya. Anak belajar mengkoordinasikan dan mengarahkan gerakan tangannya untuk tujuan tertentu," papar Vera. Fase ini biasanya mengikuti fase belajar menggenggam lalu disusul dengan keterampilan melempar-lempar bola.

Selain keterampilan tangan, ada 3 kemampuan lain yang sedang dikembangkan batita melalui fase ini, yaitu:

o Mengembangkan persepsi tentang ruang.

Di sini anak mulai mengenali posisi atas dan bawah meski mereka belum punya kemampuan berbahasa untuk memberikan label mana atas dan mana bawah.

o Belajar hubungan sebab akibat.

Anak belajar bahwa sesuatu yang ia lakukan dapat menyebabkan sesuatu kejadian yang menyenangkan, seperti bunyi jatuh, perilaku "lucu" ayah atau ibu ketika mengambilkan benda yang jatuh dan sebagainya. Karena kegiatan ini menyenangkannya, ia akan cenderung melakukannya berulang-ulang.

o Mengembangkan kemampuan merencanakan dan menentukan tujuan.

Pertama kali menjatuhkan benda mungkin tidak disengaja. Namun setelah mendengar dan melihat reaksi yang dihasilkan dari benda-benda yang jatuh, anak akan merasakan sensasi dan kemudian mengulanginya. Selanjutnya tindakan menjatuhkan benda menjadi tindakan yang sengaja dilakukannya. Ini dapat diartikan, anak sudah mengembangkan kemampuan berpikir dan merencanakan melakukan sesuatu demi tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah mendapatkan sensasi bunyi dan gerak benda jatuh.

7 STIMULUS YANG TEPAT

Tiap tahapan yang dilalui anak akan mendatangkan manfaat. Tentu saja selama orang tua dapat memberikan stimulus yang tepat. Yang penting bagi orang tua adalah betapapun "menyebalkannya" perilaku anak saat getol-getolnya menjatuhkan benda, harus diingat bahwa hal ini merupakan fase belajar bagi anak. Jadi, cobalah memanfaatkan momen ini untuk mengembangkan kemampuannya dengan 7 bentuk stimulus berikut:

1. Berikan benda/mainan yang aman untuk dijatuhkan, misalnya yang terbuat dari plastik, seperti sendok, mangkuk kecil, dan sejenisnya.

2. Usahakan memberikan berbagai benda yang menghasilkan beragam suara saat jatuh. Dengan demikian stimulus pendengaran anak pun jadi lebih kaya. Ia akan belajar bahwa ada macam-macam bunyi dari benda yang berlainan.

3. Orang tua harus ikut terlibat dalam aktivitas ini. Jadi, jangan puas hanya sekadar jadi "tukang mengambilkan" benda yang dijatuhkan si batita. Keterlibatan ini sangat bermanfaat untuk membantu proses belajar anak. Untuk mengenalkan konsep ruang, misalnya, katakan "Ya... sendoknya jatuh deh ke lantai." Jadi tidak sekadar mengambilkan benda yang dijatuhkan anak dan memberikannya kembali tanpa komentar apa pun.

4. Selain mengajarkan konsep ruang, orang tua juga bisa mengajarkan nama-nama benda kepada anak. Contohnya saat anak menjatuhkan bola, mainan, buku dan sebagainya, sebutkan nama benda-benda tersebut. Makin sering benda itu dijatuhkan maka makin sering namanya diulang-diulang, hingga dengan sendirinya anak akan mengenali apa nama benda yang dijatuhkannya itu.

5. Berikan anak sejumlah barang untuk dijatuhkan. Setelah barangnya habis (sudah jatuh semua) atau ketika orang tua merasa lelah atau dirasa aktivitas tersebut sudah berlebihan, hentikan. Caranya dengan mengalihkan perhatiannya ke aktivitas lain seperti memukul-mukul kaleng yang juga menimbulkan sensasi bunyi. Jadi, jangan hanya meminta anak untuk menghentikan aktivitasnya begitu saja tanpa ada pengganti.

6. Orang tua juga dapat memberikan bola untuk digenggam dan digelindingkan karena fase menjatuhkan ini akan berkembang menjadi kemampuan melempar atau menggelindingkan. Walaupun kemampuan anak belum sampai tahap ini, sebaiknya orang tua berusaha untuk selalu berada satu langkah di depan kemampuan anak, agar ia tetap terstimulus untuk terus mengembangkan kemampuannya.

7. Selama melakukan proses belajar, sebaiknya anak tidak ditekan dengan stimulasi yang berlebihan ataupun sebaliknya dihentikan dari kegiatannya dengan alasan apa pun. Memang, akan sangat melelahkan dan bisa menyulut frustrasi, tapi ingat banyak hal yang sedang dikembangkan anak melalui tahapan ini.

UNGKAPAN RASA MARAH

Yang justru perlu diwaspadai adalah ketika aktivitas menjatuh-jatuhkan benda masih terlihat dominan selepas anak berusia 3 tahun. Lain hal jika anak memang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik atau cacat fisik. Sebab selepas usia ini, tukas Vera, tahapan tersebut harusnya sudah terlewati.

Amati dengan jeli apakah aktivitas menjatuhkan benda-benda ini bertujuan untuk menarik perhatian atau sebagai pelampiasan rasa marah. Jika benar demikian, maka orang tua harus segera mengatasinya. "Kalau sebagai luapan rasa marah, orang tua perlu menenangkan anak dan memberi contoh bagaimana mengekspresikan rasa marah dengan tepat. Tentu saja bukan dengan menjatuh-jatuhkan barang secara sengaja," saran Vera.

sumber mail milis Balita

Memahami Kemampuan Kognitif Si Kecil

Memahami Kemampuan Kognitif Si Kecil

Kecerdasan atau intelegensia anak itu meliputi kecerdasan kognitif, emosi dan sosial. Pada usia batita, perkembangan kecerdasan anak ini tampak mengalami lonjakan besar. Dari mahluk kecil yang lemah dan "keberadaannya" kurang menonjol, menjadi bagian dari keluarga yang justru nyaris menyedot hampir seluruh perhatian anggota keluarga lainnya.

Berbicara dan menguasai tata bahasa
Beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang pertama, tiba-tiba Anda menyadari kalau "bayi" Anda kini sudah mampu berkomunikasi bahkan "berbicara" dengan anggota keluarga lainnya. Semakin hari semakin banyak pula perbendaharaan katanya. Maka menjelang usianya yang ke tiga, ia pun sudah mampu menyusun kalimat dan menjelma menjadi mahluk yang "ceriwis" sekali.

Baca-tulis-hitung
Awalnya ia tampak mulai hafal bentuk-bentuk geometris sebagai awal dari huruf, lalu mulai mengenal huruf-huruf dan senang sekali mencoret-coret. Menjelang usia dua tahun ia sudah mengenali angka dan gambar serta mulai menulis dan menggambar dengan lebih terarah. Pada usia tiga tahun, ia sudah mampu menggambar lingkaran dan membaca bahkan menulis nama panggilannya. Ia juga sudah bisa menunjukkan jarinya untuk menggambar berapa banyak usianya.

Logika
Ia pun kini mampu memahami perintah, bila gembira ia bersenandung atau bahkan bernyanyi, mampu memasukkan bentuk-bentuk geometrik ke lubangnya tanpa dibantu, menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya dan mulai memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak lain.

Lain-lain
# Dalam berkomunikasi sudah pandai menggunakan intonasi.
# Dapat lebih menahan emosinya bila diperintahkan.
# Mampu berkonsentrasi penuh.
# Sangat kreatif.
# Sudah mulai mandiri untuk beberapa hal sederhana.

Apa yang dapat dilakukan orang tua?
1. Bahasa:
Anda dapat membantu anak untuk menambah perbendaharaan kata, memperkenalkan hal-hal baru, membetulkan ucapan yang salah, menanggapi dan memuji usahanya. Anak akan senang bila ia mampu menguasai bahasa yang memungkinkan ia mengatakan isi hatinya.

Pada usia ini kemampuan anak untuk menyerap pengetahuan bahasa amat menakjubkan. Dan kalau anak mulai bisa menguasai bahasa dan bisa mengatakan maksudnya, maka ia akan lebih mudah dikendalikan.

Bagaimana caranya? Bercakap-cakaplah dengan wajar pada waktu-waktu Anda bersamanya. Misalnya saat mandi, sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih belum diketahuinya. Saat berpakaian, sebutkan jenis pakaian yang sedang dikenakan. Ingat, Anda juga harus menahan diri untuk menyela bila ia tampak sedang berusaha mengatakan sesuatu.

2. Membaca:
Kesenangannya pada buku yang bertambah pesat dapat dijadikan ajang pengenalan huruf maupun angka. Lakukan kegiatan membacakan buku ini secara rutin, pengulangan buku tidak akan menimbulkan masalah karena ia juga dalam masa ingin melakukan pengamatan. Gunakan buku-buku cerita yang sesuai dengan usia anak. Bila mungkin ajaklah anak untuk meniru huruf ataupun angka, serta gambar yang dilihatnya dalam buku cerita tersebut.

3. Pengamatan:
Kebutuhan untuk pengamatan yang konstan dan terus menerus juga muncul di usia ini. Tampaknya si kecil sedang berupaya menarik kesimpulan mengenai dunia di sekitarnya. Anda jangan jengkel bila si kecil bolak-balik minta dibacakan buku cerita yang sama, bolak-balik membuka dan menutup botol minumnya atau mengeluarkan dan memasukkan kembali baju dari lemarinya.

4. Pengenalan Konsep:
Pengenalan konsep ini perlu untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bidang matematika. Bermain pura-pura adalah cara yang paling efektif. Bila mungkin siapkan sarana yang menunjang untuk permainan pura-pura ini. Misalnya mainan masak-masakan, dokter-dokteran, dsb.

5. Ilmu Pengetahuan:
Anda dapat memanfaatkan setiap pertanyaannya atau pun minatnya, untuk memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Beri ia jawaban dengan kata-kata yang sederhana tetapi jelas. Bila perlu, Anda dapat merangsang minatnya lebih jauh dengan mengajaknya bereksperimen. Yang penting Anda harus membantu anak agar lebih peka terhadap lingkungan untuk mencari hal-hal di balik suatu kejadian dan untuk menggunakan kelima panca inderanya dalam meneliti dunianya.

Sumber: Buklet Milna "Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)"

Matematika untuk Bayi

Matematika untuk Bayi

Artikel:

Kiat Mengajarkan Matematika Kepada Bayi Berusia O - 1 Tahun
Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung. Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan "batasan-batasan benda", yang gilirannya pada "ukuran" dan "satuan".

Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.

Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga apa yang dilakukan mereka itu seakan-akan tidak berkaitan dengan matematika.

Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi adanya predikat "jelimet", "komplek", dan "susah" yang dilekatkan pada tubuh matematika, tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.

Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses pengajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada bayinya.

Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya meloncat.

Nah ... berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika : salah satu cabang dari Matematika) "MEMPERLIHATKAN BOLA"

Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali pindah posisi, yang berwarna gelap dan berbahan sama. Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan daya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umumnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?

Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan acak dilakukan bila bayi sudah akrab. Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya. Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, meskipun diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.

Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pada diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misalkan. Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya lain. Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan warna, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang sudah dikuasainya.

Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali diperlihatkan, yang masing-masing diambil satu, ..., dan lima. Ini untuk pengurangan. Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, ..., sampai empat pada bola yang tergenggam. Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan melihat kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul sebentar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat "bertambah" dan "berkurang", yang ditandai perubahan luas kelompok. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tidak lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.

Adanya perasaan "terpisah bila sendiri" dan "bersama saat digendong", yang sudah muncul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut. Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat di atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung juga di dalamnya. Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab "2 mangga + 3 mangga" di rumah hanya karena sudah memahami hakikat "4 permen + 1 permen" di sekolah. Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peragaan. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semakin memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyakan objek dengan jumlah berikutnya.

Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap "gabungan" dan "pisahan" bisa dilakukan dengan benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya diperagakan. Pengertiannya tidak akan terpaku pada seragam atau beragam. Yang penting tampak langsung. Misalkan, setelah melihat dua bola dan tiga kotak di meja, yang penyimpanannya dengan tenggang waktu beberapa detik, ia pun mengerti adanya lima buah benda. Tentu saja dalam setiap pengajaran diselingi dengan mengajak bayi melihat benda-benda yang mudah diinderainya di berbagai ruang di rumah. Selesai memperagakan "dua bola", misalnya, bisa dilanjutkan dengan memperlihatkan kedua mata kita. Pokoknya yang sepadan serta sering tampak.

Tiada lain untuk membentuk karakter "pengasosiasian", sehingga terasalah, apa yang diajarkan terhubungkan dengan apa yang dilihatnya. Terang saja bila dua lemari yang diperlihatkan akan susah, karena matanya belum sanggup dipakai untuk melihatnya sekaligus. Bisa-bisa ia memandangnya sebagai satu benda saja. Berarti tidak nyambung. Dua kaki pun sama, mengingat jarang tampak, sehingga kurang ampuh untuk memperkokoh pengertian. Lagi pula jarang orangtua memperlihatkan kakinya. Terlihat oleh bayi pun mungkin tidak. "MENYERTAI KEHIDUPAN BAYI"

Jadi pengajaran ini dimaksudkan untuk menyertai kehidupan bayi sehari-hari, khususnya dalam memandang benda-benda, serta merangsangnya menghubungkan satu sama lain. Bayi yang sudah sering melihat payudara ibunya, maka dengan peragaan "dua bola" dan "tiga kotak", masing-masing segera terbayang olehnya akan "persamaan" atau "perbedaan" intuisinya. Sebaliknya bila tidak, bayangan itu memang akan muncul juga. Tetapi tidak akan secepat itu. Persis dengan dua WNI yang ber-IQ sama disuruh mengumpulkan sejumlah kata dengan awalan huruf tertentu. Apakah sama cepat bila salah satunya menggunakan kamus ? Tidak toh ! Ingat ! Kemampuan menyerap pengajaran matematika pada siswa kelas I SD tidak hanya tergantung tingkat kecerdasan, juga pengalaman era pra sekolah berupa frekwensi pengamatan objek- objek melalui peragaan seperti contoh di atas di samping langsung terhadap objek-objek sekitarnya.

Tidak heranlah bila banyak ilmuwan berkata bahwa banyaknya memori semacam itu terpatri pada bayi akan mempengaruhi daya : kreatif, kritis, atau aktifnya kelak. Terlebih otak saat itu sangat ampuh untuk merekam. Sesungguhnya "masih bayi" tidak tepat dijadikan alasan untuk menangguhkannya. Mendingan alasan "takut salah". Tetapi terakhir ini perlu ditindaklanjuti dengan mencari metodenya. Bila diam saja itu namanya nrimo ! "BERAKOMODASI DENGAN FISIK/MENTAL BAYI" Hanya sebagai konsekwensi fisik/mental bayi masih rawan, caranya harus serba telaten. Dengan kata lain, sesuai dengan karakteristik khasnya. Bagaimana memanjakan dan mencermati dalam memandikan, membobokan, dan menyusui demikian juga hendaknya dengan pengajaran matematika.

Jangan coba-coba berpedoman pada sistim untuk anak usia sekolah. Metode TK pun belum saatnya dipakai. Pokoknya sesuaikan saja dengan dunianya pada usia tersebut. Waktunya harus tepat, ketika badannya sedang bugar dan wajahnya sedang ceria. Syukur-syukur kamar pun tenang dan adem. Jangan sampai alat peragaannya menimpa badan, apalagi mukanya, karena dikhawatirkan menimbulkan trauma, yang gilirannya bersikap kapok. Taroklah terjadi juga. Pertimbangkanlah mencari alternatif sepadan. Misalkan warnanya diganti. Bila bayi tiba-tiba rewel segera hentikan. Ikuti dulu kemauannya. Apakah mau digendong, tidur, atau menyusu ? Bisa juga karena popoknya kurang memuaskan atau terkena kencing. Pokoknya kita harus mempunyai kira-kira, kapan si bayi dalam kondisi prima dan gembira. Untuk itu pribadi khasnya harus dipahami pada berbagai suasana. "MEMPERDENGARKAN ANGKA" Sebutan angka, satu, dua, dan seterusnya,cukup diperdengarkan secara berurutan, pelan, dan bernada. Tanpa itu akan memberi kesan heboh, kaku, dan marah, yang bisa membuatnya terkejut dan menangis, sehingga tidak termakan sedikit pun.

Mengingat pendengaran bayi sudah berfungsi ketika masih dalam rahim, berarti itu bisa dilakukan sejak lahir. Memang mulanya tidak akan mengerti juga. Tetapi karena sering didengar, akan irama verbal akan terekam juga. Berarti kelak semakin mudahlah bayi mengucapkannya ketika sudah bisa berbicara. Tinggal nanti mengaplikasikannya ke sejumlah benda yang terkait, sehingga ia pun akan mengerti, apa yang dimaksud dengan masing- masing. Proses pengajaran ini bisa dilakukan setelah usianya setahun. Semua itu akan memberikan kredit point terhadap wawasan intelektual. Substansinya tidak bisa dianggap kecil. Demikian juga terhadap kemampuannya bergulat seputar matematika di bangku sekolah. Sering kita lihat beberapa mainan/makanan kesukaan bayi berusia dua tahun diambil saudaranya secara diam-diam. Reaksinya beragam, "saat itu juga", "beberapa detik kemudian", atau "tidak sama sekali". Ini mengindikasikan daya hitungnya yang berlainan, terlepas pelit-sosial, takut-berani, dan cuek-pedulinya. Celakanya bila sampai dilakukan orang luar, sementara harganya mahal dan nilainya tinggi. Jadi sesungguhnya dengan pendidikan sejak lahir itu akan memperbesar "daya kritis" di kemudian hari, khususnya sikap tanggap terhadap perubahan hak miliknya. "MILYARAN NEURON BAYI"

Sejak lahir otak manusia yang terdiri dari milyaran neuron itu sudah siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena yang datang dari kehidupannya sehari-hari. Jadi tiada alasan untuk memisahkan bayi dengan matematika sampai usia sekolah, mengingat keduanya sudah berintegrasi otomatis sejak dini. Walaupun sifatnya "autodidak", berdasarkan pengideraan sehari- hari, namun dasar-dasar pengajaran matematika sudah diperolehnya, yakni yang berlangsung secara alamiah. Warna iramanya perlu dikenali sebagai referensi. Kemudian dikembangkan dengan memperkenalkan materi pengajaran yang kira- kira akan membuat si bayi merasakan adanya sambungan memori.

Taroklah bayi sudah sering melihat benda berjumlah "satu", "dua", dan "tiga". Bukan berarti materi selanjutnya dengan lambang bilangan "empat", karena akan bengong, tetapi dengan memperlihatkan benda yang jumlahnya "empat", agar perbendaharaan memorinya semakin banyak. Tanpa memperhitungkan irama, itu ibarat seorang guru TK yang menyanyikan sejumlah lagu, tetapi masing-masing hanya pada bait pertama, dengan alasan, bisa dilanjutkan di rumah. Nah ... bagaimana pun setiap muridnya akan merasa kurang sreg atau belum lengkap. Perasaan kecewa seperti inilah membawa mereka malas mendengarkan, apalagi mengikutinya. "PENUTUP" Akhirnya berpulang pada antusias mereka yang berkompeten untuk merintis sampai mengwujudkannya sebagai budaya pendidikan segmen matematika di kalangan bayi baru lahir. Maka seyogyanya dipikirkan sejak dini.

Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian MATAMATIKA / MATHEMATICS.
Nama & E-mail (Penulis): Nasrullah Idris
(Nasrullah, bidang studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi)
Nasrullah Idris
Jl H Samsudin No 1
Bandung 40252
indonesia

Masih Tingginya Kematian Balita Di Seluruh Dunia

Masih Tingginya Kematian Balita Di Seluruh Dunia

Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan mengalami kematian. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah anak yang mengalami kematian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah berupaya keras untuk mengetahui secara pasti.

Setiap tahunnya, lebih dari 10 juta anak yang berusia di bawah 5 tahun mengalami kematian, yang disebabkan oleh 6 penyebab utama, yang mana sebagian besar diantaranya sebenarnya dapat dicegah, demikian yang diungkapkan oleh WHO.

Dari sekitar 10,6 juta balita yang meninggal, 73%-nya disebabkan oleh 6 penyebab utama, yaitu:

1. Pneumonia (radang paru) 19%
2. Diare 18%
3. Malaria 8%
4. Infeksi pada darah atau Pneumonia pada bayi baru lahir 10%
5. Kelahiran prematur 10%
6. Asfiksia (sumbatan jalan napas) 8%

54% kematian pada balita disebabkan oleh ke empat penyakit menular di atas, yang sebenarnya penyakit-penyakit ini dapat dicegah. 53% dari seluruh kematian mempunyai penyebab dasar yang sama, yaitu gizi yang buruk. Seperti yang terjadi di Ethiopia. Anak-anak Ethiopia, berisiko 30 kali lipat untuk mengalami kematian dibanding dengan anak-anak di negara Eropa.

Secara keseluruhan, kematian anak di negara-negara Afrika mencapai 42% dari seluruh kematian anak di seluruh dunia: 94% kematian disebabkan karena malaria, 89% disebabkan karena HIV/AIDS, 46% kematian disebabkan karena Pneumonia (radang paru), 40% karena diare dan 5% karena campak. Sedang anak-anak negara asia tenggara ''menyumbang'' 29% kematian anak, demikian yang dilaporkan dalam jurnal The Lancet.

sumber http://www.info-sehat.com

Imunisasi MMR Tidak Sebabkan Autisme

Imunisasi MMR Tidak Sebabkan Autisme

Sudah sejak lama imunisasi MMR ini menjadi suatu kontroversial karena dihubungkan dengan terjadinya kelainan autisme pada anak. Tapi beberapa peneliti baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka mempunyai bukti kuat bahwa imunisasi MMR tidak berhubungan dengan terjadinya autisme.

Pada tahun 1993, suntikan MMR (measles, mumps and rubella) di kota Jepang telah ditarik dan tidak boleh diberikan pada anak lagi. Tapi kenyataannya, sampai saat ini insidens terjadinya autisme tetap meningkat.

Di Jepang, suntikan MMR diberikan pada anak usia 1 tahun. Di tahun 1988, sebanyak 69,8% anak mendapat suntikan anak, di tahun 1990 menurun hingga mnejadi 33,6% dan di tahun 1992 hanya tinggal 1,8%. Dan akhirnya di tahun 1993, vaksinasi ini ditarik oleh pemerintah.

Kejadian MMR sendiri adalah 48 kasus dari 10.000 anak yang dilahirkan di tahun 1988. Dan tetap terjadi peningkatan walaupun vaksinasi MMR telah ditarik yaitu terdapat 117,2 kasus autisme dari 10.000 anak yang dilahirkan pada tahun 1996.

Tapi para peneliti tetap dituntut melakukan suatu penelitian untuk membuktikan bahwa vaksin MMR ini benar-benar aman digunakan dan tidak menyebabkan autisme pada anak.

Kekhawatiran ini muncul sejak tahun 1998 dimana suatu penyelidikan seorang ahli yang dituangkan dalam jurnal the Lancet, meng-klaim bahwa imunisasi MMR mungkin merupakan pencetus dari terjadinya autisme pada anak. Sebenarnya belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut dan kebanyakan peneliti percaya bahwa vaksin ini aman untuk diberikan pada anak. Tapi hal ini telah membuat semakin sedikit anak yang mendapat vaksinasi MMR.

Vaksinasi MMR adalah vaksin yang diberikan untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak terhadap penyakit Mumps (gondongan), Measles (campak) dan Rubella (campak jerman).

Sumber: Journal of Child Psychology and Psychiatry

Mama, Belajar itu Asyik, Lho!

Mama, Belajar itu Asyik, Lho!


Maria Montessori (1780-1952), seorang guru anak-anak yang terkenal pernah berujar: “Yakinlah bahwa di dalam tubuh anak tersimpan semangat belajar yang luar biasa. Ia akan memilih sendiri materi belajarnya dan berusaha menghadapi kesulitan yang akan ditemui.”

Mungkin Anda pernah melihat bahwa anak Anda juga melakukan apa yang dikatakan Montessori di atas. Misalnya, ketika si kecil berusaha membuka bajunya sendiri, mencoret-coret kertas, ataupun ketika ia memperhatikan sebuah buku dengan penuh minat. Hal-hal itu merupakan bagian dari proses belajar anak Anda.

Karena itu, perlu dukungan penuh dari orang tua agar waktu-waktu emas ini dapat digunakan seoptimal mungkin. Hal ini, bisa Anda lakukan di rumah, tak hanya dapat dilakukan oleh lembaga prasekolah saja. Contoh dukungan orang tua di rumah:

1. Memberi mainan yang bersifat edukatif. Misalnya, permainan balok atau mainan lain yang bersifat konstruktif.
2. Merangsang minat baca dengan sering membacakan buku cerita bergambar menarik.
3. Dorong minat tulis dengan menyediakan alat tulis dan kertas.
4. Rangsang anak untuk belajar dengan memberikan pertanyaan secara aktif ketika sedang dalam suatu perjalanan. Misalnya, “Coba, mana pohonnya?”, “Mobil itu warna apa?”
5. Ajak si kecil belajar mandiri.
6. Memberi kesempatan padanya untuk belajar bersosialisasi.

Si Jago Meniru
Anak memang jagoan meniru. Sebab, meniru merupakan satu cara melatih otak, demikian kata pakar pendidikan asal Jerman, Hans Grothe. Untuk memaksimalkan latihan otaknya itu, berilah contoh dalam kegiatan sehari-hari yang merangsang kemampuan otak. Inilah beragam aktivitas yang dapat dilakukan:

1. Eksplorasi lingkungan sekitar
Ajaklah si kecil melihat dunia sekitar sebagai objek untuk dieksplorasi. Daun-daun kering misalnya, dapat dikumpulkan dan ditempelkan ke dalam sebuah buku. Sambil melakukannya, hitunglah daun-daun tersebut. Si kecil akan melihat dan mencoba meniru.

2. Melakukan gerakan sederhana
Ketika makan, si kecil memperhatikan bagaimana cara Anda menggunakan sendok. Jangan kaget bila suatu hari ia berusaha menyuapi Anda. Ia memang meniru gerakan tersebut. Perbanyaklah gerakan sederhana seperti ini, misalnya melambaikan tangan, memberi ciuman, dan sebagainya.

3. Bermain saling meniru gerakan
Permainan ini bisa dilakukan bila Anda merasa bahwa si kecil sudah bosan dengan mainannya. Bila ia melakukan suatu gerakan, tirulah gerakan itu. Lakukan berulang-ulang agar ia mengerti dan tertawa, dan nanti giliran ia yang akan mengikuti gerakan Anda. Dalam permainan inilah Anda dapat mengenalkan beberapa gerakan baru.

4. Mengucapkankata-kata (Balita umumnya sudah dapat mengucapkan kata mama/papa, mungkin tips untuk menambah kosakata / merangkai kata-kata)
Si kecil akan senang mengulang kata-kata yang Anda ajarkan padanya. Mulailah dari kata-kata yang simpel seperti Mama, Papa, mamam, dan sebagainya, supaya ia bisa mengasah kosa katanya.

5. Melakukan sesuatu untuk orang lain
Kegemaran meniru juga bisa lakukan untuk melatih keterampilan bersosialisasi. Ajarkan anak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, misalnya mengambilkan sesuatu, bermain tanpa curang, mengucapkan "terima kasih", "halo", dan "selamat tinggal", menengok kerabat yang sakit, atau menghibur orang lain yang sedang sedih.

sumber www.sahabatnestle.co.id

Makanan Sehat atau Makanan Sakit?

Makanan Sehat atau Makanan Sakit?

Pada masa sekarang, anak-anak balita pun sudah giat bersekolah. Mulai dari kelompok bermain sampai taman kanak-kanak senantiasa penuh oleh tawa canda mereka. Apalagi bila saat makan bersama tiba.

Tapi, tahukah Anda? Sebuah survei yang dilakukan di Inggris memperlihatkan bahwa 9 dari 10 makanan yang dibawa oleh anak saat sekolah mengandung kadar lemak jenuh, garam atau gula yang tinggi. Selain itu, anak cenderung membawa makanan yang sejenis setiap harinya.

Padahal apa yang kita makan sekarang bisa membawa dampak pada masa depan. Makanan yang kandungan gizinya tidak sehat tentu dapat membawa akibat bagi kesehatannya saat ia tumbuh dewasa. Berbagai penyakit seperti penyakit jantung, kencing manis, ginjal atau stroke bisa menjadi ancaman bagi kesehatannya.

Makanan hendaknya mempunyai nutrisi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan usianya. Makanan pun harus bervariasi agar ia tidak bosan dan kebutuhan gizi dari berbagai sumber pun terpenuhi.

Kebanyakan anak membawa bekal yang monoton, misalnya roti selai, roti mentega gula pasir atau roti daging setiap harinya. Bukan berarti roti itu jelek, tetapi dengan jenis makanan yang itu-itu saja, apalagi dengan kadar lemak mentega yang tinggi dan gula yang tidak kalah tingginya, akan membuat nutrisi yang diperoleh anak tidak menjadi seimbang.

Ada pula yang lebih “keren”, membawa coklat batangan setiap harinya. Coklat pun baik bila dimakan dengan jumlah yang sesuai. Tapi kalau hanya coklat yang dikonsumsi setiap harinya, tentu hasilnya akan berbeda.

Kalau begitu harus bawa apa dong? Tidak usah bingung. Buah dan sayur yang kita makan sehari-hari pun sudah mempunyai nilai gizi yang baik. Sayangnya, jarang orangtua yang membekali buah dan sayur pada anaknya.

Jadi, mulai sekarang bekali anak kita dengan menu yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhannya, kurangi kadar lemak, gula dan garam yang tinggi, dan sertakan buah dan sayur pada bekal sekolahnya. Dengan itu, mudah-mudahan anak-anak kita akan menjadi generasi yang pintar dan juga sehat.

sumber http://www.info-sehat.com

Madu Untuk Si Mungil?( jangaan!! )

Madu Untuk Si Mungil?

Sebaiknya tidak. Madu yang lezat dan banyak manfaatnya bisa membawa petaka bila diberikan pada si mungil yang belum lagi genap berusia setahun.

Madu diambil dari alam dan dimakan dalam kondisi yang murni. Sayangnya, kemurnian tersebut seringkali dicemari oleh sejenis bakteri yang dapat menghasilkan racun (toksin) dalam saluran cerna bayi. Racun tersebut dikenal dengan istilah toksin botulinum.

Mengapa harus menunggu 1 tahun? Karena setelah melewati usia tersebut, saluran cerna bayi sudah cukup matang dan bakteri tidak bisa tumbuh berkembang di sana.

Memang cukup disayangkan karena madu terkenal sebagai nutrisi yang baik bagi kesehatan. Masalahnya, belum ada proses pengolahan yang mampu membunuh bakteri tersebut tanpa merusak madu itu sendiri.

Kasus keracunan itu sendiri memang jarang terjadi karena tidak semua madu mengandung bakteri tersebut. Karena itu tidak heran bila banyak orang memberikan madu pada bayinya tanpa pernah terjadi efek negatif apapun. Masalahnya, bagaimana kalau kita sedang sial dan mendapat madu yang mengandung bakteri itu?

Dengan alasan tersebut, selalu dianjurkan agar pemberian madu hendaknya baru dilakukan setelah bayi berusia lebih dari 1 tahun.

sumber http://www.info-sehat.com

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak ???

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak ???

Oleh : Pelangi Midi Prathami, Psi.

Orangtua seringkali bingung terhadap anak-anaknya yang terlihat malas untuk belajar ketika mereka menghadapi minggu ujian atau tidak mengerjakan PR sekolah. Terkadang orang tua menampilkan reaksi marah terhadap anak-anaknya ataupun memberikan komentar-komentar terhadap prestasi belajar yang rendah yang dicapai si-anak. Dapatkah terbentuk minat anak untuk belajar dengan kondisi demikian?

Lingkungan belajar memiliki peranan yang penting di dalam proses belajar seorang anak. Jika lingkungan belajar anak tidak menanamkan penilaian terhadap suatu keberhasilan, maka hal ini secara perlahan akan menghambat perkembangan belajar anak.

Seberapa banyak informasi yang telah dipelajari seorang anak merupakan gambaran dari seberapa besar minatnya untuk belajar. Minat anak untuk belajar merupakan cerminan dari keberhasilan cara pembelajaran yang mereka sukai. Keberhasilan ini akan memotivasi mereka untuk melakukan suatu hal dengan lebih baik. Sebagai contoh, anak yang kuat secara fisik akan menyukai olaharaga bela diri; Anak yang cekatan/terampil akan menyukai permaianan lego, anak yang ahli bahasa sangat menyukai permainan menyusun kata (Scrable). Ketika seorang anak menyadari kemampuanya dalam suatu bidang tertentu, maka ia pun akan dengan sendirinya memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan hal tersebut bahkan akan berbuat untuk lebih baik lagi. Membiasakan anak untuk belajar adalah kunci untuk membentuk lingkungan belajar yang positif.

Keinginan anak untuk belajar merupakan hasil dari stimulus yang mereka terima melalui indranya. Apa yang telah mereka pelajari adalah cerminan dari seberapa sering, seberapa kuat dan seberapa lama rangsang dari lingkungan berhasil mereka serap. Kita mungkin dapat membuat anak tinggal pada suatu tempat pada jangka waktu yang cukup lama dan kita berikan suatu materi secara berulang-ulang, tapi kita harus menyadari anak memiliki kontrol sendiri terhadap stimulus yang diterimanya, apabila ia merasa stimulus tersebut menarik atau disukainya, maka ia akan belajar dengan lebih cepat, namun bila tidak proses belajar akan sangat lamban atau bahkan tidak akan pernah terjadi.(bersambung)

Disadur dari Journal of The National Academy For Child Development
Pelangi Midi Prathami, Psi. (AMADIKA Children Development Partner)

Lingkungan Belajar Seperti Apa Yang Tepat Bagi Anak (2)

Oleh : Pelangi Midi Prathami, Psi.

Membuat anak menyukai untuk belajar sangat ditentukan oleh lingkungan belajar mereka. Lingkungan yang memberi respon positif akan mendorong anak untuk belajar lebih giat, sedangkan lingkungan yang memberi respon negatif akan membentuk actual neurological disfunction yang akan menghambat perkembangan dalam proses belajar. Sebagai contoh, komentar orang tua terhadap hasil ujian seorang anak haruslah bersifat positif, hal ini menunjukan pada anak bahwa ia telah menunjukan hal yang bagus, sedangkan bila bersifat negatif akan melemahkan bahkan menghancurkan motivasi anak. Sayangnya, kebanyakan orangtua lebih sering memunculkan respons yang bersifat negatif. Oleh karena itu kita harus belajar untuk menciptakan lingkungan yang positif.

Di bawah ini terdapat beberapa contoh dari perbedaan antara respon yang bersifat positif dengan respons yang bersifat negatif yang ditunjukkan orang tua terhadap anak yang menduduki peringkat ke tiga pada ujian metematikanya :
(-) : Budi, kamu itu anak yang pintar dan ibu sangat berharap kamu bisa mencapai hasil yang lebih baik lagi. Hari ini hasil ujianmu salah satu, kamu harus belajar lebih giat lagi dan lebih berhati-hati dalam mengerjakan soal-soal ujian mu!!
(+) :Budi, ini bagus sekali !! Kamu benar sembilan! Bagaimana kamu bisa sepintar ini ?
(-) : Ani, Kamu salah tiga, kamu harusnya bisa lebih baik dari ini. Mama tidak memberimu hadiah untuk itu.
(+) : Hebat Ani, Kamu benar tujuh dan ada tiga soal yang sulit, ya tapi tidak apa-apa mama akan Bantu kamu untuk menyelesaikan soal sulit ini.
(-) : Adi, ini buruk sekali. Kesalahan kamu lebih dari setengah soal-soal ini, kamu tidak berusaha sungguh-sungguh ya?
(+) : Hebat Adi kamu bisa menyelesaikan ketiga soal ini. Sekarang perhatikan, mama akan coba menyelesaikan soal ini, mama yakin kamu pun pasti bisa menyelesaikannya dengan baik lain waktu.

Dapatkah anak-anak tumbuh dan belajar dalam lingkungan yang memberikan respon negatif bila berbuat kesalahan? Tentu saja bisa, namun anak-anak tidak dapat maju dengan pesat dalam lingkungan tersebut, mereka tidak dapat belajar dan berkembang sebaik jika anak berada di dalam lingkungan yang memberikan respon positif, yang mendukung proses belajar anak. Gejala-gejala dari lingkungan yang memberikan respon negatif termasuk juga cara memberikan perhatian yang kurang baik seperti adanya penyimpangan, motivasi yang rendah, kemarahan, self image yang rendah, perkembangan dan proses belajar yang belum optimal. Menciptakan lingkungan yang memberikan respon positif yang mendukung anak untuk belajar dapat merubah sikap anak, konsep diri mereka, tingkat kemampuan belajar dan tingkat terjadinya proses belajar.

Apa yang anak perlihatkan dari suatu proses belajar adalah sebuah gambaran dari hal-hal yang telah kita tanamkan. Jika kita tidak suka dengan hasil yang telah dicapai oleh anak, maka kita harus mengkaji ulang dan sedikit merubah stimulusnya, membentuk suatu lingkungan belajar yang baik. Kita harus dapat memberikan penjelasan untuk apa yang telah diketahui anak dan memberikan penghargaan untuk apa yang telah mereka lakukan dengan baik. Hasilnya anak akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Disadur dari Journal of The National Academy For Child Development
Pelangi Midi Prathami, Psi.(AMADIKA Children Development Partner)

Kursi Makan Bayi

Kursi Makan Bayi

Si kecil sudah mulai belajar duduk, dan mulai diberi makanan tambahan? Sediakan ia kursi yang sesuai agar aktivitas makannya lebih menyenangkan.

Memberi makan bayi dengan aman tak hanya berarti memperkenalkan makanan baru secara bertahap serta terhindar dari kontaminasi atau kerusakan makanan. Keamanan si kecil saat makan juga terkait dengan tersedianya peralatan makan yang menunjang, kursi makan misalnya.

Selain itu, pemilihan kursi makan - umumnya berbentuk high chair atau kursi tinggi - yang tepat diyakini bisa meningkatkan efisiensi makan serta dapat mengurangi cara makan anak yang berantakan.

Nah, aneka kursi makan berikut bisa Anda cermati sebelum memilihkannya untuk si kecil:

Kursi Tinggi Portabel
Bentuknya yang bisa dilipat dan ringan, membuat kursi makan ini mudah dibawa-bawa. Bila Anda sering membawa si kecil makan di luar rumah, kursi ini cocok digunakan.

Kursi Tinggi Stasioner
Tinggi kursi makan ini biasanya tak bisa diubah-ubah. Ia stasioner (tetap) karena kaki kursinya tidak beroda. Namun kursi ini sebaiknya tidak dipakai setelah anak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Saat anak makin besar, ukuran tubuhnya juga terlalu besar untuk kursi ini.

Kursi Tinggi-Rendah
Tinggi kursi dapat diturun-naikkan sesuai keinginan. Misalnya, disetel sehingga Anda lebih nyaman menyuapi si kecil. Kaki kursi ini umumnya beroda (empat buah) sehingga bisa digeser-geser.

Kursi Hook-On
Kursi makan ini biasanya digantungkan atau dikaitkan di pinggir meja. Bila tak digeser, ia akan tetap pada tempatnya. Namun jenis ini disarankan tak dipakai karena umumnya dapat bergeser secara berlebihan jika anak terlalu aktif.

Agar Bayi Aman di Kursi Makan

Si kecil sudah belajar duduk di kursi makannya yang baru, dan mulai menikmati makanan tambahannya. Apakah si kecil sudah aman di kursi makannya yang baru?

* Jangan tinggalkan bayi di dalam kursi tanpa ada yang mengawasi.
* Kencangkan sabuk pengaman, bahkan jika bayi Anda masih terlalu kecil untuk memanjat.
* Jaga kebersihan kursi dan permukaan tempat makan.
* Untuk kursi tinggi, pastikan meja terpasang dengan terkunci. Bila tak terpasang dan terkunci dengan baik, dapat membuat bayi yang tak terikat sabuk pengaman jatuh dengan kepala terlebih dahulu.
* Untuk kursi yang bisa dilipat, pastikan mekanisme pengunciannya bekerja dengan sempurna.
* Jangan biarkan anak-anak lain bermain di sekitar kursi tinggi. Mereka dapat menarik atau mendorong kursi itu.
* Jauhkan dari meja, dinding atau permukaan lain yang dapat terjejak oleh kaki bayi sehingga kursi tinggi itu bisa terjengkang.
* Untuk kursi gantung, gunakan kursi hanya pada meja kayu atau logam yang stabil. Jika kursi yang digantungkan bisa membuat meja bergoyang, berarti mejanya tidak cukup stabil. Jangan digunakan.

SUMBER tabloid nakita

Kurang Tidur, Rusak Kesehatan

Kurang Tidur, Rusak Kesehatan

Remaja saat ini sering mendapat tekanan untuk belajar lebih keras dengan segudang kegiatan di luar sekolah yang harus diikuti, untuk dapat mengejar nilai yang tinggi agar nantinya bisa melanjutkan ke sekolah favorit. Hal ini membuat remaja harus mengurangi waktu istirahatnya, menjadi kurang dari 8 jam sehari.

Dengan berkurangnya waktu tidur, akan menjadi bahaya yang dapat mengancam kesehatan para remaja, termasuk juga mengancam daya ingat dan kemampuan berpikir. Pada saat tidur itulah, pertumbuhan fisik hampir seluruhnya terjadi, yang bila tidak mendapat tidur yang cukup akan membuat pertumbuhan mereka terhambat, mental kurang berkembang dan berperilaku yang memprihatinkankan orangtuanya. Oleh karena itu dianjurkan oleh dokter untuk mempunyai waktu tidur yang cukup, sedikitnya 9 jam sehari.

Menurut ahli dari Cina, jam 10 malam hingga jam 1 dini hari adalah waktu paling aktif dihasilkannya hormon pertumbuhan dan metabolisme sel. Hilangnya waktu tidur pada jam-jam penting tersebut, tidak dapat digantikan dengan tidur pada jam lainnya.

sumber http://www.info-sehat.com

Kolik Infantil

Kolik Infantil

Menangis bukan hal yang jarang terjadi pada bayi. Kalau tidak pernah menangis, malah bisa memunculkan pertanyaan dari orang tua. Tapi bagaimana kalau si mungil Anda menangis dengan keras bahkan sampai tiga jam lamanya? Mengerikan ya. Walau begitu, jangan terlalu khawatir. Selama anak dalam kondisi sehat dan normal, hal tersebut pun bukan hal yang langka terjadi.

Sebagian bayi mengalami apa yang di kalangan medis disebut sebagai kolik infantil. Definisinya adalah menangis yang sangat hebat pada bayi yang sehat dimana tangis tersebut baru berakhir paling sedikit 3 jam dalam sehari, 3 hari dalam seminggu dan sudah berlangsung paling sedikit 3 minggu.

Tangis yang “sepertinya mengerikan” ini umumnya mulai terjadi pada usia beberapa minggu dan terus berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Kolik infantil umumnya berakhir setelah usia bayi mencapai 4-5 bulan.

Apa yang menjadi penyebab dari tangis tersebut belum diketahui dengan pasti. Mungkin saja hal itu merupakan bagian dari tangis bayi pada umumnya, atau bisa juga ada peyebab lain yang belum diketahui. Ada beberapa dugaan penyebab seperti kontraksi usus yang nyeri, kembung, intoleransi laktosa atau mungkin juga faktor psikologis (kecemasan) orangtua sehingga salah menginterpretasikan tangis anak yang sesungguhnya masih dalam batas normal.

Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, tentu saja kita pun belum mengetahui bagaimana cara menghilangkannya. Ada penelitian yang memperlihatkan bahwa mengganti formula susu sapi dengan formula hidrolisat whey (whey hydrolysate formula ) “mungkin” bisa memberikan manfaat. Sedangkan mengganti formula susu sapi dengan formula soya ataupun formula rendah laktosa masih belum terbukti manfaatnya.

Walau demikian, sekali lagi bapak dan ibu jangan terlalu cemas. Kolik infantil umumnya terus membaik seiring dengan bertambahnya usia. Yang penting, buah hati Anda harus tetap sehat, lincah dan tumbuh-kembangnya sesuai dengan usia. Bila masih khawatir, segera hubungi dokter Anda untuk berkonsultasi lebih jauh sekaligus memastikan kesehatan buah hati Anda.

sumber http://www.info-sehat.com

Kok Adi tidak Setinggi Teman-Teman

Kok Adi tidak Setinggi Teman-Teman

“Makanya, kalau cari pasangan yang tinggi dong”, canda Atik menanggapi keluhan temannya tentang si buah hati yang tidak setinggi teman-teman sekolahnya.

Memang benar sih kalau tinggi anak dipengaruhi oleh tinggi orang tuanya. Tapi, jangan langsung menuduh gen sebagai penyebabnya.Ada faktor-faktor lain yang juga memberikan pengaruh seperti faktor nutrisi dan lingkungan.

Fakor nutrisi bahkan punya pengaruh yang sangat kuat untuk mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya tinggi, tapi saat tumbuh kembang mengalami gangguan akibat nutrisi yang buruk, bisa jadi ia lebih pendek dari teman-temannya.

Tumbuh kembang anak harus di jaga bahkan sejak ia berada dalam kandungan. Justru masa janin adalah masa di mana tumbuh kembang yang baik sangat diperlukan. Bila pada masa itu kebutuhan nutrisi janin dapat dipenuhi dengan baik, dapat diharapkan tumbuh kembangnya akan optimal.

Yang tidak boleh dilupakan juga adalah faktor lingkungan. Apakah ibu merokok? Atau suami ibu merokok? Atau lingkungan kerja ibu merokok? Semua itu bisa..... bahkan sangat bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Belum lagi berbagai penyakit yang bisa mengenai ibu semasa hamil. Penyakit-penyakit tertentu bisa membawa pengaruh pada tumbuh kembang anak. Selain itu, obat-obat yang diminum pun terkadang membawa efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengkonsumsi obat tanpa berkonsultasi dahulu dengan dokter.

Setelah lahir pun, masih banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dengan kondisi yang optimal pun mungkin akan jatuh sakit bila kemudian nutrisi yang ia dapatkan tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Belum lagi ia harus menghadapi risiko terkena penyakit. Dunia luar memang menghadapkannya pada kemungkinan yang lebih besar untuk menderita sakit. Sakit yang parah tentu bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya juga.

Karena itu, bila ingin anak kita tumbuh optimal, jangan lupakan keterkaitan berbagai faktor tersebut. Kita memang tidak bisa menghindari “cetak biru” yang sudah dibawa sejak lahir, tapi kita bisa mengoptimalkannya dengan memberikan asupan nutrisi yang baik, melakukan proteksi terhadap penyakit (misalnya dengan vaksinasi) dan menumbuhkannya dalam lingkungan yang baik.

Bagaimana dengan Adi yang sudah mencapai usai sekolah? Jangan dulu putus asa. Berikan asupan nutrisi yang baik untuk mengejar ketinggalannya. Kemungkinan anak untuk tumbuh dengan baik masih terbuka lebar. Jangan berikan jajan sembarangan. Jajanan yang asal enak hanya memuaskan dari segi rasa tetapi belum tentu dari segi manfaat.

Selain nutrisi yang baik, biarkan si kecil kita bermain dengan aktif. Biarkan ia berlari dan melompat sepanjang hal itu tidak membahayakan. Aktifitas fisik yang baik sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan badannya.

Kenapa Begitu, Tidak Begini Saja?

Kenapa Begitu, Tidak Begini Saja?

Sebagai orang tua, Anda tentu senang jika si kecil betah mengobrol dengan Anda. Sayangnya, ketika pertanyaan si kecil semakin menyulitkan dan membuat pusing, tak jarang Anda malah menyuruh si kecil diam. Hati-hati ini bisa mematikan kreativitas dan keingintahuannya...

Sesungguhnya jika pertanyaan si kecil memang beralasan dan tidak mengada-ada, tak ada salahnya menanggapi secara positif. Pertanyaan-pertanyaan itu menandakan ia termasuk anak kritis, yang mampu berpikir independen dan kreatif, di samping memperlihatkan kecerdasannya.

Umumnya, si kecil yang kritis adalah anak yang mendapat keleluasaan untuk mengemukakan pendapat. Jadi tidak melulu tergantung pada tingkat kecerdasannya. Selain itu, banyaknya rangsangan dari luar, seperti buku, televisi dan lainnya, termasuk faktor yang mempengaruhi sikap kritis si kecil, serta mempertajam kemampuan berpikirnya.

Menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari si kecil, sebaiknya Anda tidak memberikan informasi atau keterangan bohong.

Kalau belum tahu jawabannya, sebaiknya Anda tidak malu untuk mengatakan tidak tahu, sambil berusaha mencari tahu hal yang ditanyakannya. Bukankah input untuknya tidak harus selalu berbentuk informasi? Cara Anda berkata, menolak, dan memberi tahu, semuanya adalah input berharga baginya.

Sumber: Buletin info-Sehat edisi XVI

Menyikapi Sikap Kritis Si Kecil

Menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari si kecil yang kritis, apa yang sebaiknya Anda lakukan dalam menyikapi agar daya kritis si kecil makin terasah.


1. Jangan menunjukkan respons negatif
Sangat bijaksana bila Anda tidak menunjukkan respons negatif atas sikap kritis si kecil, seperti marah, kesel, atau malah menyuruh ia diam.

2. Kesabaran
Kesabaran Anda boleh dibilang memegang peranan terpenting. Jangan sampai si kecil berhenti bertanya karena ternyata Anda bosan dan tidak lagi menjawabnya.

3. Kesiapan
Mau tidak mau Anda memang harus selalu siap menghadapi reaksi si kecil mengenai berbagai hal di sekitarnya. Dengan demikian, Anda tidak merasa terkejut atau terganggu oleh sikap kritis si kecil, karena bisa mengantisipasi sebelumnya.

4. Sepakati aturan main
Sebelum bepergian ke tempat yang melibatkan banyak orang, misal arisan, bank, atau pesta perkawinan, sebaiknya Anda ceritakan terlebih dahulu situasi yang akan ia temui, dan perilaku seperti apa yang Anda harapkan darinya. Misalnya tidak bertanya terus selagi orang lain bicara, atau mintalah ia menyimpan pertanyaan tersebut hingga di rumah.

5. Dengarkan baik-baik
Sebelum menjawab, dengarkan baik-baik dan pahami pertanyaannya. Bahkan kalau perlu ajukan pertanyaan balik agar jawaban Anda benar-benar memenuhi kebutuhannya. Ini juga berguna untuk menghindari salah paham.

6. Arahkan pada penemuan jawaban
Untuk lebih melatih ketajaman berpikir si kecil, sebaiknya bimbing ia untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Caranya? Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan balik yang mengarah pada penemuan jawaban.

Sumber: Buletin info-Sehat edisi XVI

Kapan Anak Diberikan Makanan Terpisah?

Kapan Anak Diberikan Makanan Terpisah?

sumber:wrm-indonesia.org.@2005 We R Mommies All Rights Reserved.

Mulai umur berapa sebaiknya anak mulai makan makanan yang dipisah-pisah (sayur sendiri, lauk sendiri, nasi sendiri)? Pertanyaan ini ditanyakan oleh seorang mommies anggota milist We R Mommies beberapa saat yang lalu. Selain itu beliau pun ingin mengetahui lebih lanjut cara pembuatan resep resep sop seperti sop wortel. sop kacang merah dan jenis sop lainnya "apa sih yang harus diperhatikan?".

Tanggapan pertama datang dari seorang mommies yang menceritakan pengalaman cara pengenalan makanan tambahan pada putrinya. Metode pengenalan makanan yang ia jalankan adalah sbb:

1. Pengenalan bubur nasi dari beras putih atau beras merah pada bulan ke enam usia anak. Dimasak hanya sedikit (kira kira 1 sdm), kemudian setelah masak bubur nasinya disaring. Setelah beberapa saat, porsinya ditambah menjai 2 sdm, 3 sdm dst. Semakin lama kekentalan bubur semakin ditambah. Bubur nasi tersebut beliau berikan pada pagi hari. Namun menurut info yang pernah ia baca, pengenalan makanan baru baik dilakukan pada saat malam hari.

2. Pada bulan ketujuh, anak mulai dikenalkan makanan lain: kentang, buah, sayur, tahu, tempe dll. Untuk mengenalkan satu makanan baru, biasanya makanan tersebut diberikan beberapa hari terus menerus agar si anak kenal akan rasa makanan barunya. Pada awalnya semuanya diberikan secara terpisah. Bila digabung, biasanya ia sertakan pula makanan yang telah putrinya kenal. Semua bahan tersebut melalui proses penyaringan manual dengan
saringan. Saat itu putrinya sudah makan tiga kali sehari.

3. Pengenalan bubur yang tidak disaring dimulai di usia 8 bulan. Semua makanan dipotong dengan ukuran kecil kecil. Beliau mengatakan, pada periode ini ia menggunakan slow cooker, jadi semua makanan-termasuk sayur- menjadi empuk sekali. Pada usia ini, putrinya sudah makan 5 kali sehari termasuk snack.

4. Pada bulan ke sembilan, baru dikenalkan protein hewani. Cara pemasakannya juga dicampur, namun bentuk aslinya masih terlihat.
Menanggapi "makan terpisah" beliau menuliskan "Mungkin maksud yang terpisah-pisah itu, semua masih ada bentuk aslinya. Jadi anak dikenalkan dengan tekstur makanan sehingga mereka tidak malas mengunyah. Karena yang dikhawatirkan bila kita terlambat memperkenalkan makanan kasar, pertumbuhan rahang akan menjadi terhambat".

"Kalau masak sop-sopan, biasanya semua bahan saya potong kecil-kecil disesuaikan dengan kemampuan mengunyah putri saya" tulisnya dalan menjawab pertanyaan tentang cara pembuatan sop pada anak anak. Beliau juga menuliskan bahwa ia tidak memberikan putrinya makanan instant yang tinggal ditambah air. Bila dalam keadaan repot, biasanya ia membeli gerber. Untuk snack beliau biasa memberikan produk jadi seperti biskuit, yoghurt dan ice cream. Menu sarapan pun bisa bervariasi, kadang cornflakes atau roti berlapis butter dan keju.

Penundaan pemberian telur juga perlu dipertimbangkan pada anak yang memiliki potensi alergi. "Dari awal hingga kini, makanan putri saya selalu dicampur. Seperti menu hari ini: bubur+wortel+kacang polong+buncis+jagung+ayam+bawang bombay. Semuanya dimasak jadi satu, tapi ada teksturnya" demikian mom ini menutup postingannya di WRM. (WRM/DAI)

Jangan biarkan TV di kamar Anak Anda

Jangan biarkan TV di kamar Anak Anda

3 buah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine edisi Juli memberikan gambaran serupa bahwa semakin dini usia anak saat menonton televisi, semakin buruk pengaruhnya terhadap pendidikan anak.

Penelitian pertama menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki televisi di kamar tidurnya akan mempunyai nilai 8 poin lebih rendah pada tes matematika dibanding mereka yang tidak (memiliki televisi di kamarnya). Mereka juga memiliki nilai yang lebih rendah pada tes berbahasa dan membaca. Sebaliknya, bila anak tersebut memiliki akses komputer akan meningkatkan skor pada berbagai tes yang diikutinya.

Penelitian kedua mendapatkan bahwa semakin banyak seseorang menonton televisi pada usia antara 5 dan 15 tahun, semakin rendah tingkat pendidikan yang diselesaikan pada usia 26 tahun, dan hal tersebut ternyata tidak begitu dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan intelegensia orang tersebut. Semakin dini usia anak saat menonton TV, semakin besar efek buruknya terhadap kelulusan. Hal ini juga membawa kepada dugaan bahwa efek yang terjadi bersifat jangka panjang.

Penelitian ketiga melaporkan bahwa untuk anak yang berusia sangat muda, menonton televisi berkaitan erat dengan nilai tes matematika dan membaca yang rendah. Pola yang paling buruk terlihat pada anak berusia kurang dari 3 tahun yang menonton televisi lebih dari 3 jam per hari.

Jadi, semuanya berpulang kepada diri kita sendiri. Sebagian pakar menyatakan efek baik dan buruk televisi juga sangat tergantung dari materi yang ditonton. Tetapi, dari penelitian-penelitian ini mungkin kita bisa lebih berhati-hati untuk meletakkan televisi hanya di ruang keluarga dan bukan di kamar anak. Jangan biarkan anak terlalu banyak menonton televisi dan upayakan agar anak baru mengenal televisi setelah usianya lebih dari 3 tahun

sumber http://www.info-sehat.com

Dot Bisa Hentikan ASI

Dot Bisa Hentikan ASI

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menyimpulkan bahwa bayi-bayi yang diberikan dot dan susu formula dalam waktu beberapa hari setelah lahir mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi untuk tidak lagi mendapat ASI eksklusif satu bulan kemudian.

Menurut peneliti dari University of Rochester, New York, masih belum jelas alasan mengapa hal itu terjadi. Apakah karena bayi mengalami “bingung puting” akibat dot dan botol susu ataukah karena ibu dari bayi-bayi tersebut mengalami penurunan dalam jumlah ASI.

Di antara bayi-bayi yang memerlukan susu formula juga terdapat perbedaan antara mereka yang minum melalui botol susu dan gelas. Ternyata, mereka yang mendapat susu melalui gelas lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti mendapat ASI. Penyebabnya mungkin karena botol susu bisa memberikan susu formula dengan lebih baik sehingga bayi-bayi itu menjadi kenyang.

Dot memang bisa menimbulkan banyak masalah. Pemakaian dot yang berkepanjangan pun ditenggarai dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan gigi yang normal. Selain itu, insiden untuk terjadinya infeksi telinga pun ternyata meningkat.

Walaupun penelitian yang melibatkan lebih dari 700 bayi tersebut belum menjawab secara pasti mengapa hal itu terjadi, mari kita coba hentikan budaya pemberian dot dan susu botol dalam waktu yang terlalu dini.

Masih banyak jalan untuk menghentikan tangis buah hati tercinta selain sekedar “menyumpalnya” dengan dot. Suara dan belaian lembut penuh kasih yang Anda berikan tentu dapat menenangkan hatinya.

sumber http://www.info-sehat.com

Diagnosis, Terapi dan Pencegahan Fenilketonuria

Diagnosis, Terapi dan Pencegahan Fenilketonuria

Diagnosis
Diagnosis sudah dapat ditegakkan pada hari pertama anak lahir dengan melakukan tes Guthrie. Karena itu, di beberapa negara sudah dilakukan diagnosis dini untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya fenilketonuria pada bayi yang baru lahir.

Terapi
Bila diagnosa telah ditegakkan secara dini, anak-anak yang menderita fenilketonuria dalam tumbuh berkembang dengan normal. Caranya tentu dengan melakukan diet khusus rendah fenilalanin. Karena fenilalanin ada dibanyak makanan kita, tentu saja pengaturan diet itu tidak terlalu mudah untuk dilakukan. Makanan tinggi protein seperti daging dan keju adalah contoh dari makanan yang mengandung fenilalanin. Selain itu, makanan berpati seperti roti, kentang, jagung dan pasta tidak luput dari pengaturan.

Salah satu yang mudah dihindari adalah penggunaan pemanis aspartam. Mudah dihindari karena setiap produk yang mengandung aspartam harus diberi peringatan untuk penderita fenilketonuria. Tapi untuk berbagai makanan lain yang tidak mencantumkan label peringatan, penderita dan keluarganya tentu harus lebih ekstra hati-hati lagi. Seyogyanya, diet harus dikonsultasikan dengan ahli gizi yang dapat memberikan anjuran pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak, tapi dapat menghindarkan konsekuensi terjadinya retardasi mental.

Yang harus diingat, diet ini harus sudah dimulai pada minggu-minggu pertama sang bayi. Ini untuk menghindarkan anak dari kemungkinan defisiensi mental. Walau demikian, perbaikan juga tetap terlihat walaupun terapi dimulai setelah gejala terlihat.

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya fenilketonuria pada bayi baru lahir. Pencegahan ini berfungsi agar penderita fenilketonuria tidak jatuh ke dalam keadaan retardasi mental.

Untuk mencegah agar bayi tidak menderita fenilketonuria merupakan hal yang sulit mengingat penyakit ini adalah terkait dengan genetik.

sumber http://www.info-sehat.com

Cara murah Turunkan Risiko Diare dan Radang Paru

Cara murah Turunkan Risiko Diare dan Radang Paru

“Sebelum kita makan dik, cuci tanganmu dulu….” lagu yang sangat sederhana tapi mengena ini sudah bergaung di telinga saya sejak saya masih kecil. Lagu ini memang enak, mudah dinyanyikan, diingat dan rasanya sulit untuk terlupakan. Entah sudah berapa banyak di antara kita yang pernah menyanyikan lagu ini dan entah ada berapa banyak pula yang benar-benar mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ah, itu sih biasa

Orang mungkin memandang remeh arti pentingnya cuci tangan sebelum makan. Kalau ditanya, pasti semua orang akan menjawab bahwa cuci tangan itu baik bagi kesehatan. Tapi kalau ditanya kembali apakah ia selalu mencuci tangan sebelum makan, maka jawabnya mungkin belum tentu.

Apa lagi kini ada tren lain yaitu cuci tangan dengan cairan khusus pembersih atau dengan sabun-sabun khusus yang katanya sangat efektif membersihkan kuman. Mungkin benar adanya. Tapi, apakah bila kita mencuci tangan dengan sabun biasa lalu tidak ada manfaatnya?

Cara murah untuk sehat

Sebuah penelitian telah dilakukan di Karachi, kota terbesar di Pakistan. Para peneliti membagi responden menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama diberikan sabun anti bakteri, kelompok kedua diberikan sabun biasa, dan kelompok terakhir tidak diberikan sabun (sebagai kelompok kontrol). Para petugas mengunjungi ke 600 keluarga (yang diberi sabun) tersebut secara rutin selama setahun untuk memastikan bahwa sabun tersebut memang dipakai. 300 keluarga yang tidak diberi sabun tidak dikunjungi oleh petugas.

Pada kelompok yang diberi sabun, angka kejadian radang paru (pnemonia) turun 50%, prevalensi diare turun 53% dan penyakit infeksi kulit (impetigo) turun 34% pada anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun. Yang menarik, tidak ada perbedaan bermakna antara mereka yang menggunakan sabun antibakteri dan sabun biasa. Artinya, yang paling penting adalah cuci tangan sebelum makan, bukan sabun atau pembersih apa yang dipakai.

Dari hasil tersebut, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet ini memberikan gambaran kepada kita arti pentingnya cuci tangan dengan sabun dalam mencegah 2 penyakit yang banyak merengut korban jiwa (khususnya di negara berkembang), yaitu diare dan pnemonia

Bagaimana dengan Indonesia?

Rasanya tidak jauh berbeda. Diare dan pnemonia masih bertengger di peringkat tertinggi penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak kita dan otomatis menyebabkan biaya pengobatan (termasuk yang disubsidi negara) menjadi tinggi. Karena itu, ada baiknya kita semua kembali menyanyikan lagu “cuci tangan” tersebut sambil tidak lupa untuk mempraktekkannya. Cara murah, mudah dan efektif untuk mencegah (setidaknya) diare dan pnemonia

sumber http://www.info-sehat.com.

Bermain Petak Umpet Bukan Sekedar Mengasyikan

Bermain Petak Umpet Bukan Sekedar Mengasyikan

Bayi berusia beberapa bulan ternyata bisa memperkirakan apakah bola yang jatuh di belakang kursi tidak akan hilang untuk selamanya, cuma dari melihat. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari New York University.

Kita mungkin memandang remeh permainan petak umpet yang dilakukan oleh anak-anak. Sebagian orangtua malah merasa jemu atau kesal bila anak mulai mengajak melakukan permainan tersebut.

Para peneliti memutuskan untuk mencari tahu kapan dan bagaimana anak tahu bahwa bola yang menggelinding dan hilang dibalik sesuatu hanyalah seperti permainan petak umpet dan bola akan tampak dari sisi yang lain.

Sangat menakjubkan untuk mengetahui bahwa bayi ternyata bisa belajar “cuma” dengan sekedar melihat. Hasil penelitian ini telah dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Science.

Setiap bayi berusia empat bulan duduk di pangkuan orangtuanya dan melihat ke layar monitor komputer. Pada layar tersebut ditayangkan gambar sebuah bola yang bergerak. Mata bayi lalu dimonitor dengan sebuah kamera khusus.

Mula-mula para peneliti melihat pada mereka yang berusia empat bulan. Saat melihat sebuah bola menghilang ketika melewati pusat layar, kemampuan mereka untuk memperkirakan dari mana bola itu akan muncul kembali ternyata sangat minimal.

Lalu kepada mereka diperlihatkan sebuah bola bergerak ke belakang dan ke depan tanpa dihilangkan. Setelah dua menit melihat, bola kembali dihilangkan di pusat layar. Kali ini, sebagian besar bayi telah belajar untuk mengharapkan bahwa bola akan segera muncul kembali.

Ketika hal yang sama dilakukan pada bayi berusai enam bulan, ternyata sejak awal mereka telah mempunyai ide bahwa bola akan kembali muncul. Hal ini membuat dugaan bahwa mereka telah belajar dari dunia nyata mengenai obyek yang tersembunyi di balik sesuatu benda.

Karena itu, jangan pernah remehkan permainan yang tampaknya sederhana ini. Selain menyenangkan untuk dinikmati, permainan ini juga membawa manfaat besar bagi perkembangan anak.

sumber http://www.info-sehat.com

Saatnya Makanan Padat

Saatnya Makanan Padat

Biasanya pada umur 4 bulan ke atas, Buah Hati Anda harus mendapat tambahan makanan yang berbentuk padat. Pada usia ini bayi membutuhkan lebih banyak energi, protein, dan zat-zat gizi lain seiring dengan pertumbuhannya yang cepat. Lagi pula, bayi harus belajar memakan makanan dalam bentuk dan susunan yang lain daripada susu formula.

Ketika tiba saatnya, si Buah hati akan bereaksi sesuai dengan pengalamannya: Jika tidak suka, ludahkan!
Perasaan Buah Hati Anda biasanya berubah-ubah terhadap makanan dengan rasa baru, yang mempunyai tekstur padat. Pada satu minggu mungkin mereka menyukainya, tapi tidak pada minggu selanjutnya.

Sebaiknya Anda mencoba langkah-langkah berikut ini:
Pergunakan ujung jari Anda sebagai sendok. Buah Hati Anda lebih menyukai rasa ujung jari Anda daripada sendok. Taruh sedikit nasi, sereal padat atau pisang yang dihancurkan pada ujung jari Anda, dan biarkan ia menyedot atau mengemutnya dari sana. Ketika dia sudah merasa nyaman dengan hal itu, taruh segumpal makanan tadi di ujung lidahnya, sehingga ia dapat belajar memindahkannya dari sana ke dalam dan menelannya. Kadang-kadang hal lain yang bisa membantu adalah menaruh makanan di tengah lidahnya untuk memudahkan proses ini.
Setelah itu, baru gunakan sendok plastik. Sendok besi akan terasa dingin bagi bayi Anda, dan dia sangat senang menggigit dan mengemutnya, jangan biarkan konsentrasinya terganggu!

Makanan padat pertama sebaiknya dalam bentuk bubur susu, yang terdiri dari campuran padi-padian, susu, dan gula. Makanan ini diberikan 1 kali sehari.
Setelah satu bulan, bubur susu kedua dapat dimulai. Karena tujuannya adalah mengganti susu formula, maka pemberian susu harus dikurangi.
Makanan baru berupa nasi yang bersama-sama ditim dengan sayuran (misalnya bayam, wortel, tomat) dan hati ayam seyogyanya tidak diberikan sebelum berumur 6 atau 7 bulan.

Jangan terlalu memaksa. Salah satu tujuan Anda adalah memperkenalkannya pada rasa, dan cara makan yang baru. Kadang-kadang bayi Anda akan menolak untuk makan. Tapi janganlah tergesa-gesa, cobalah lagi keesokan hari bila hal ini terjadi.

Berikut cara pembuatan bubur susu dan nasi tim:

· Bubur Susu:

Bahan yang diperlukan:
- Susu sapi segar 150 - 200 ml
- Tepung (beras, maizena, havermut) 15 - 20 g
- Gula Pasir 5 - 10 g


Cara membuatnya:

Sebagian susu dicampur dengan tepung yang sudah disediakan, selebihnya dididihkan di atas api dan tepung yang sudah cair, gula pasir dimasukkan dalam susu yang sudah mendidih sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan sendok kayu untuk beberapa menit.

· Nasi Tim:

Bahan yang diperlukan:
- Beras 20 g
- Hati ayam/daging/ikan/tahu/tempe 30 g
- Sayur (wortel/bayam/tomat) 30 g


Cara membuatnya:

Semua bahan dibersihkan kemudian dicuci dan dimasukkan dalam panci (jika ada dengan panci tim untuk menghindari hilangnya berbagai vitamin) dengan kira-kira 750 ml air. Jika sudah masak, isinya dikeluarkan dan dihaluskan dengan saringan atau

sumber milis sehat

Belanja Buat Si Kecil (menyambut buah hati)

Belanja Buat Si Kecil

Kehadiran si Kecil di tengah-tengah keluarga adalah saat yang ditunggu-tunggu dan membahagiakan. Dalam menanti kehadirannya banyak hal yang harus dipersiapkan, di antaranya adalah perlengkapan perawatan bayi.

Sangat dianjurkan Anda sudah mempersiapkan perlengkapan bagi si Kecil beberapa bulan sebelum ia dilahirkan, ketika Anda masih merasa segar dan mempunyai tenaga untuk melakukannya. Jangan mudah terbujuk dengan iklan berbagai produk yang ditawarkan, karena tidak semua barang yang ditawarkan cocok bagi keperluan bayi Anda. Lihat-lihatlah dulu, jangan langsung membeli.

Bila dana yang Anda miliki terbatas, usahakanlah untuk dapat meminjam perlengkapan bayi dari kerabat dekat atau teman Anda yang sudah pernah mempunyai anak dan tidak memerlukannya lagi dalam waktu dekat. Karena biasanya perlengkapan seperti keranjang tidur dan kereta dorong bagi bayi hanya terpakai pada suatu masa yang cukup pendek, sehingga keadaannya masih baik. Tanyakanlah kepada orang tua, kerabat dan teman Anda tentang peralatan yang masih mereka miliki dan dibutuhkan untuk bayi Anda. Terutama juga peralatan yang mereka miliki, tapi tidak pernah dipakai.
Berikut ini adalah daftar perlengkapan yang perlu Anda miliki :

Perlengkapan Tidur

* Keranjang atau box bayi
* Alas tidur 1 bh.
* Alas tahan air 3 bh.
*Alas dari bahan handuk
* 2 bh. Seprei halus
* 2 bh. Selendang

Transpor
* Tali Gendongan bayi
* Kereta Dorong

Perlengkapan Mandi dan Pakaian Ganti
*Ember Mandi
*Handuk
*Baby Oil
*Baby lotion
*Handuk besar
Kain Flanel atau spon *Sikat bayi
Gunting dengan ujung tumpul
*Alas ganti baju
*Tali popok
4 pak popok kertas atau
24 lembar popok kain
*Peniti
*Celana
*Ember

Pakaian

* 4 kaus
* 4 singlet
* 2 sweater
* 2 piama bayi

Perlengkapan Makan

Masa menyusui:
* 2 botol dengan dot
* Celemek makan
* 1 kaleng formula makanan

Masa lanjutan:
* Peralatan makan lanjutan
* 1 bulan persediaan formula
* Kursi bayi

Bahasa Ibu, Bahasa Anak

Bahasa Ibu, Bahasa Anak

Pernah mendengar keluhan bahwa orang tua tidak bisa mengerti apa yang dimau bayinya? Rasanya sering ya. Tapi umumnya hal itu hanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehidupan si buah hati di dunia.

Ibu dan anak mempunyai hubungan yang sangat erat bahkan sejak benih ibu dan ayah menyatu dan tumbuh di dalam kandungan. Hubungan ini begitu erat dan dekat. Bayangkan, sembilan bulan lebih anak berada dalam rahim ibunya. Bila hubungan tersebut dibina dengan baik dan penuh kasih sayang, umumnya ibu tidak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan bayinya kelak. Kesamaan bahasa telah dibentuk dan bahasa tersebut dapat dimengerti walaupun bukan dalam bentuk kata-kata.

Bahasa bayi hanya satu..... menangis. Bila lapar ia menangis, bila haus ia menangis, bila sakit ia pun menangis. Lalu bagaimana kita bisa mengerti apa yang ia mau? Di sini tidak ada lagi yang lebih bisa menangkap kemauan si kecil kecuali ibunya. Bagaimana dengan Ayah? Ia pun bisa mengerti kemauan anaknya bila hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang telah saling terjalin. Dan jalinan ini pun sesungguhnya dapat dibuat sejak si buah hati masih dalam kandungan.

Karena itu, jangan remehkan waktu yang terbentang selama bayi berada dalam kandungan. Ajaklah ia mengobrol, ajak ia mendengar musik, rasakan tendangan kaki mungilnya pada perut Anda dan balas dengan tepukan lembut. Nikmati rasa kebersamaan yang muncul karena itulah sebagian cara membina hubungan penuh kasih sayang.

Bila bahasa kasih sayang sudah terbentuk, Anda tidak perlu mengkhawatirkan bahasa tangis yang baru dimiliki si buah hati. Walaupun pada awalnya sedikit bingung, dalam waktu cepat Anda akan mengerti apa yang diinginkan si buah hati tercinta. Dengan mengerti apa yang ia inginkan, Anda bisa memenuhi kebutuhannya. Yang lebih penting lagi, secara psikologis si buah hati akan merasa aman dan nyaman.

Jalinan ini akan semakin kuat saat si anak tumbuh besar dalam dekapan kasih sayang orang tua. Perlakukan ia sewajarnya, jangan berlebihan. Berikan contoh yang baik dan bukan sekedar perintah. Bahasa di luar kata-kata seringkali jauh lebih efektif dari pada bahasa kata-kata.
sumber milis sehat

Bagaimana Mempertimbangkan Kegiatan Ekstrakurikuler Bagi Anak ?

Bagaimana Mempertimbangkan Kegiatan Ekstrakurikuler Bagi Anak ?

Oleh : Pelangi Midi Prathami, Psi.

Ada banyak kegiatan yang mungkin dapat mengisi waktu anak-anak, misalnya olahraga, bermain musik, menari, karate, pramuka, dll. Semua kegiatan tersebut dapat menjadi positif dan produktif, namun perlu juga dilihat apa yang menjadi kebutuhan anak.

Barangkali kita semua menyadari bahwa waktu itu terbatas. Waktu yang kita gunakan merupakan suatu investasi untuk masa depan, oleh karena itu kita harus mempergunakan waktu secara bijak.
Setiap kegiatan yang diikuti oleh anak tentunya haruslah terarah pada kebutuhan anak dan juga haruslah disesuaikan dengan jadwal anak dalam prioritas. Kita tidak hanya melihat kegiatan itu sebagai suatu hal menyenangkan saja bagi si-anak, melibatkan teman atau misalnya kegiatan itu hanya dinilai dari sisi ’bagus’ untuk anak.

Salah satu contoh penggunaan waktu yang sia-sia (namun tidak selamanya sia-sia) misalnya menggunakan waktu untuk mengikuti les piano. Beberapa anak ada yang sangat menginginkan untuk bermain piano. Keluarga yang memiliki minat dalam bidang musik akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya dalam bidang musik. Di sisi lain banyak juga orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam suatu kegiatan ekstra, atas dasar keinginan orang tua semata. Namun ternyata hanya sedikit dari anak-anak tersebut yang dapat mengembangkan keterampilannya di masa yang akan datang.

Sebagai ilustrasi, seorang anak yang mengikuti les piano, biola ataupun yang lainnya misalkan selama 15 menit setiap hari, maka setiap tahunnya anak tersebut telah menggunakan waktunya sebanyak 5.475 menit, hal ini merupakan investasi yang sangat besar. Mampukah anak Anda memanfaatkannya dengan baik? Jika ya, lanjutkan kegiatan tersebut. Namun jika kegiatannya tidak efektif karena tidak ada kontrol dari orang tua dan tidak ada waktu yang cukup maka kegiatan tersebut menjadi tidak berarti. Oleh karena itu pertimbangkanlah setiap kegiatan yang akan diikuti anak, apakah sesuai dengan kebutuhan anak dan apa keuntungannya untuk masa depan anak. Pertimbangkan juga nilai yang harus dibayar ketika kita memutuskan untuk mengikuti suatu kegiatan tertentu. Tentunya sebagai orangtua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi seseorang yang berhasil dalam hidupnya seperti yang kita harapkan.

Disadur dari Journal of The National Academy For Child Development
Pelangi Midi Prathami, Psi. (AMADIKA Children Development Partner

Monday, January 30, 2006

Sesekali Jatuh, Pelajaran Berharga Bagi Si Kecil

Sesekali Jatuh, Pelajaran Berharga Bagi Si Kecil



Tanti bahagia sekali. Hari ini Tita, balitanya memasuki usia satu tahun. Untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh yang Kuasa, Tanti merayakan hari jadi buah hatinya bersama keluarga tercinta.

Melihat Tita jatuh bangun saat belajar berjalan, Tanti hanya tersenyum. “Ia memang masih belum kuat benar menahan tubuhnya, sehingga satu dua langkah berjalan, ia terjatuh. Lihatlah, jalannya pun masih oleng, lucu sekali!” komentar Arga, sang suami. “Mam…mam…” kata Tita. Dan….ups! ia terjatuh. “Oo, nggak apa-apa. Ayo berdiri lagi! Sini mama bantu,” kata Tanti, begitu melihat Tita terjatuh dan minta pertolongan.

Meski berulangkali jatuh, Tita tak juga jera. Malah ia makin penasaran, hingga ia mencoba dan mencoba lagi untuk belajar berjalan. Sesuai dengan tahapan usianya, ia terus bereksplorasi dengan benda-benda sekelilingnya. Tanti dan Arga memang tak pernah menghalangi gerak buah hatinya, sepanjang hal itu tidak membahayakan.

Mereka telah belajar banyak dari Buku Emotional Intelligence, Why It Can Matter More Than IQ (Kecerdasan Emosi, Mengapa lebih Penting daripada IQ) karya Daniel Goleman terbitan tahun 1995. Mereka tengah mengajarkan buah hatinya untuk belajar memotivasi diri. Dalam buku tersebut Goleman mengatakan, untuk memotivasi diri perlu dibarengi dengan pengelolaan emosi yang baik Itu sebabnya, ketika si kecil kesal, karena keinginannya berjalan masih terkendala oleh seringnya ia jatuh, Tanti maupun Arga terus memberi semangat.

Dengan jatuh, justru si kecil makin tertantang dan berintrospeksi, bahwa jatuh itu sakit dan nggak enak. Hal ini akan membuatnya untuk lebih berhati-hati ketika ia jatuh lagi. Memorinya mengenai pengalaman jatuh tersebut akan muncul lagi untuk mengingatkan. Semakin banyak pengalaman yang didapat, maka proses pembelajaran pun main banyak pula, dan ini akan memperkaya memorinya.

Peran orangtua dalam memotivasi balitanya sangat penting. Apa yang harus dilakukan orangtua? Tips berikut ini dapat membantu Anda untuk memotivasi si kecil.

Tips untuk memotivasi si Kecil agar tak mudah menyerah

* Latih anak untuk berlatih berjalan begitu ia sudah bsia berdiri tegap tanpa pegangan. Biasanya di usia 9-11 bulan, anak sudah bisa berdiri sendiri.
* Ketika Anda berdua melewati jalan yang membahayakan si kecil, jelaskan bahwa ia harus hati-hati, karena jalan menanjak, licin, dan berlubang, sehingga harus berpegangan, dan sebagainya.
* Ketika ia berhasil melewati kesulitan yang dihadapi, jangan lupa untuk memberi reward, misalnya berupa pujian. Dengan demikian anak akan merasa bahwa usahanya dihargai dan menyenangkan orang lain.
* Jangan bersikap panik, ketika mengetahui si kecil jatuh, sebab ia akan merekam ekspresi wajah Anda, dan membuatnya ikut-ikutan panik. Pada akhirnya ia takut untuk mencoba lagi. Tanamkan, bahwa kegagalan bukan akhir segalanya. Akan lebih baik jika Anda bersikap tenang, dengan menanyakan ihwal jatuhnya. Misalnya tanyakan bagian mana yang sakit, libatkan ia untuk mengobati sakitnya.

Yang penting, Bu-Pak, jangan bosan untuk terus memotivasi si kecil, hingga ia tumbuh menjadi anak yang optimis, dan selalu berusaha untuk meraih sukses sebagaimana dikatakan Goleman.

Sumber: DANCOW Parenting Center - NAKITA

Menyeimbangkan Gizi Anak

Menyeimbangkan Gizi Anak



Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.

Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut:

Tabel Gizi Seimbang

Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

* Pagi hari waktu sarapan.
* Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
* Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
* Pukul 16.00 sebagai selingan
* Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
* Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Kebutuhan Anak Usia Balita dalam Sehari

Kebutuhan Anak Usia Balita

Pada usia balita, anak mulai memiliki daya ingat yang kuat dan tajam, sehingga apa yang diterimanya akan terus melekat erat sampai usia selanjutnya. Dengan memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi jenis makanan, diharapkan anak akan memiliki disiplin makan yang baik. Pola makan yang baik semestinya juga mengikuti pola gizi seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan diperoleh melalui makanan sehari-hari. Dengan makan makanan bergizi seimbang secara teratur, diharapkan pertumbuhan anak akan berjalan optimal. Disadari maupun tidak, Anda sedang mengajarkan pola hidup teratur dan sehat pada anak sejak dini.

sumber www.sahabatnestle.co.id

Perlukah Suplemen untuk Balita?

Perlukah Suplemen untuk Balita?



Oleh: Dokter Handrawan Nadesul

Sekarang banyak suplemen ditawarkan untuk anak balita. Sesungguhnya perlukah setiap balita diberi suplemen dan kapan seorang balita memerlukannya? Suplemen artinya pelengkap bila tubuh dinilai kekurangan suatu unsur zat gizi. Sebuah suplemen bisa berupa vitamin, elemen-mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino, dan zat esensial lain misalnya serat. Termasuk di dalamnya bahan berkhasiat, yang biasanya berasal dari alam.

1. Anak dinilai kekurangan suplemen apabila:
1. menu harian kurang lengkap, atau kurang luas selera makannya;
2. anak mengidap gangguan pencernaan;
3. anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi tertentu;
4. kebutuhan suatu zat gizi anak sedang meninggi;
5. anak kehilangan zat gizi yang berlebihan.
Jadi anak yang kurang porsi makannya, atau terbatas pilihan menu hariannya, merupakan alamat yang tepat untuk diberi suplemen.

Bila sejak bayi anak sering diare, kemungkinan sudah terjadi kerusakan pada sel-sel ususnya, kemudian terjadi gangguan penyerapan zat gizi. Kendati menu hariannya memadai, tetap saja terancam kekurangan zat gizi karena penyerapan nutrisi tidak optimum. Bisa terjadi juga bila sejak lahir anak mengalami gangguan enzim pencernaan dan atau gangguan metabolisme bawaan (inborn error metabolism), sehingga tak sempurna penyerapan semua zat gizinya dari makanannya.

Bila porsi asupan zat gizi anak tak sesuai dengan laju pertumbuhan (umurnya), anak juga memerlukan tambahan suplemen, terlebih bila menu hariannya kurang. Demikian pula bila anak sedang sakit berat, sakit menahun, atau mengidap penyakit ginjal, hati, kelenjar ludah perut, sehingga metabolisme vitaminnya pun ikut tidak sempurna, sama membutuhkan suplemen juga.

Anak yang kurang asupan lemak dalam menu hariannya juga berisiko kekurangan semua golongan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,dan K), maka perlu suplemen untuk mengoreksinya.

2. Anak dengan penyakit infeksi memerlukan suplemen juga. Anak yang kekurangan vitamin lebih rentan terhadap infeksi. Dan anak yang sudah terinfeksi memperburuk infeksinya bila kekurangan vitamin-mineral-elemen, khususnya vitamin A, B6, dan C serta mineral seng, besi, selenium.

Anak yang sedang mengidap penyakit campak, diare, dan TBC paru-paru memerlukan suplemen untuk membantu proses kesembuhannya.

Adakalanya bertambahnya porsi makan zat tepung (nasi,roti,kentang,ubi,mi) perlu diiringi dengan ekstra vitamin B1 agar sempurna metabolismenya. Demikian pula bila porsi menu protein meninggi asupan vitamin B6 perlu ditambah; vitamin E dan C perlu ekstra lebih bila porsi asam lemak (tak jenuh) meningkat.

Anak yang sering, mengonsumsi antibiotika terlebih untuk waktu lama, memerlukan ekstra vitamin K, lantaran flora ususnya sudah dirusak oleh antibiotika sehingga produksi vitamin K alaminya sudah merosot. Untuk itu tambahan prebiotik dan probiotik diperlukan juga agar flora ususnya kembali normal.

3. Tubuh manusia dibangun oleh susunan 11 elemen mineral, dan sekitar 25 mineral kelumit (trace elements). Sepuluh dari elemen kelumit tergolong esensial, yang berarti tidak boleh tidak ada dalam menu harian bila tak ingin kekurangan.

Sama halnya dengan anak yang berisiko kekurangan vitamin, anak yang sama sekaligus bisa kekurangan sejumlah mineral dan elemen kelumit; bila kekurangan berarti terancam semua gangguan metabolisme yang membutuhkan enzim-enzim, hormon, dan elektrolit.

Untuk kecukupan mineral dan elemen kelumit, menu harian harus serba lengkap dan cukup jenis serta jumlahnya. Semakin beragam jenis menu harian, semakin kecil kemungkinan anak kekurangan mineral-elemen kelumit. Semakin lebar selera terhadap aneka menu harian, semakin kecil kemungkinan anak kekurangan zat gizi esensial.

4. Anak yang menunya cenderung ”monodiet”, dan sempit variasi menu hariannya, cenderung berisiko kekurangan bukan saja mineral dan elemen kelumit, melainkan juga sejumlah vitamin. Kita tahu bahwa semua sumber vitamin-meneral-elemen diperoleh tubuh dari bahan makanan alam. Termasuk yang kini banyak dipasarkan dan berasal dari tanaman, simplicia, yang mengklaim sebagai bahan berkhasiat (ganggang, jamur, bunga, daun, umbi-umbian, bebijian).

5. Sebagaimana halnya vitamin, tidak semua aman dikonsumsi secara berlebihan (megadosis). Golongan vitamin yang larut dalam lemak, yakni vitamin A,D,E, dan K, tak boleh dikonsumsi berlebihan kalau tidak ingin berkomplikasi buruk. Artinya bila sudah cukup dari susu dan menu harian, tak lagi perlu ekstra.

Mineral-elemen pun demikian. Maka sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan atau "hair analysis" terlebih dulu guna memastikan tubuh seorang anak tengah kekurangan (dan atau kelebihan) vitamin-mineral-elemen apa sajakah. Dari situ baru bisa ditentukan suplemen apa yang diperlukan, dan belum tentu semua suplemen perlu ditambahkan.

sumber www.sahabatnestle.co.id

Awas! Bahaya Mengancam Anak Anda (akibat obesitas)

Awas! Bahaya Mengancam Anak Anda

Saat ini, bukan hanya bahaya berat badan berlebih saja yang dapat diderita buah hati Anda, tapi bahaya kenaikan tekanan darah dapat juga dialaminya, yang dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung dan stroke pada saat mereka baru berusia 20 tahun.

Ini bukan hanya perkiraan saja, tapi merupakan hasil dari penelitan dari dokter-dokter di AS, yang tertuang dalam Journal of the American Medical Association.

Walaupun penelitian itu dilakukan terhadap anak-anak Amerika, yang berusia antara 8 - 12 tahun, tapi tidak berarti bahwa hal itu tidak terjadi pada anak-anak di Indonesia. Dan untuk itu diperlukan penelitan lebih lanjut dari para ahli di Indonesia.

Dari penelitian tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan proporsi berat badan berlebih, untuk anak laki-laki dari 11,3 % pada tahun 1988 - 1994 dan 15,5 % pada tahun 1999 - 2000 dan untuk anak perempuan, dari 9,7 persen menjadi 15,5 %. Sedang pada penelitian lain, yang menghubungkan dengan kenaikan tekanan darah, terlihat kenaikan pada tekanan sistolik (nilai atas pengukuran tekanan darah) sebesar 1,4 mmHg dan tekanan sistolik (nilai bawah pengukuran tekanan darah), sebesar 3,3 mmHg.

Peningkatan-peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya Indeks Masa Tubuh, yaitu perbandingan antara tinggi badan dan berat badan anak, diet anak yang berubah dimana lebih menyukai makanan cepat saji dan berkurangnya aktifitas fisik anak dimana anak lebih senang menonton televisi dan permainan dari layar televisi atau komputer.

Cara mengatasinya? Ubahlah gaya hidup buah hati Anda, usahakan mempunyai berat badan yang ideal dan berolahragalah.

ASI untuk ibu dan anak

ASI untuk ibu dan anak

Manfaat air susu ibu (ASI) untuk bayi bukan hal yang perlu dipertanyakan lagi. Tapi memberikan ASI pun ternyata membawa manfaat bagi ibu. Manfaat apa saja yang dapat diberikan ASI bagi ibu dan anak?

Manfaat ASI bagi anak antara lain:

* Kandungan gizi yang lengkap dan optimal sesuai kebutuhan perkembangan bayi
* Memberikan perlindungan terhadap berbagai pernyakit
* Menurunkan risiko alergi pada bayi dengan riwayat keluarga menderita alergi
* ASI dapat diminum setiap saat (tidak perlu menunggu)
* ASI meningkatkan perkembangan otak yang optimal
* Menyusu langsung dari puting ibu akan membuat perkembangan rahang dan gigi yang baik
* Kedekatan dengan ibu akan lebih berkembang

Manfaat ASI bagi ibu antara lain:

* Mengurangi kemungkinan perdarahan pasca persalinan
* Karena ibu yang memberikan ASI cenderung tidak mendapatkan menstruasi pada bulan-bulan pertama, kemungkinan untuk terjadinya anemia pasca persalinan menjadi lebih kecil
* Menghemat waktu karena ibu tidak perlu repot membersihkan dan melakukan sterilisasi botol susu dan juga mempersiapkan susu
* Lebih mudah di saat berpergian karena tidak perlu membawa perlengkapan susu formula, botol, termos air dan berbagai perlengkapan lain yang merepotkan
* Sangat mengurangi biaya bulanan untuk membeli susu formula
* Kedekatan anak pada ibu menjadi lebih mendalam
* Diduga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kanker payudara dan indung telur

Karena itu, berikan ASI eksklusif selagi bisa. Sebaik-baik susu formula tidak ada yang sebaik ASI.

ASI dan Buang Air Besar Hijau

ASI dan Buang Air Besar Hijau

Bayi yang mendapat ASI pun bisa memiliki feses yang berwarna hijau. Seringkali hal tersebut disebabkan karena bayi lebih banyak mengkonsumsi susu awal (foremilk) daripada susu berikutnya (hindmilk). Maksudnya, ada ibu yang memberikan ASI kepada bayinya dengan cara mula-mula pada satu sisi payudara, tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke payudara sisi lainnya padahal ASI pada payudara sebelumnya masih penuh. ASI yang mula-mula keluar disebut foremilk, dan ASI yang belakangan keluar disebut hindmilk.

Foremilk akan mengalami perubahan ke hindmilk selama proses menyusui dan hal ini juga tergantung dari berapa banyak ASI yang dihasilkan dan seberapa efektif bayi menghisap ASI. Karena itu, tidak heran bila persoalan ketidakseimbangan foremilk-hindmilk justru lebih sering terjadi pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlebih.

Karena itu selalu dianjurkan agar dalam pemberian ASI, berikanlah pada satu sisi payudara sampai kosong, baru berpindah pada sisi lain. Terkadang, satu sisi payudara pun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sekali minum bayi. Untuk itu, posisi bayi yang benar saat menghisap ASI sangat penting dalam keberhasilan menyusui. Dengan mendapat ASI secara penuh dari satu payudara, berarti bayi mendapat foremilk dan hindmilk dalam jumlah seimbang.

Bayi yang tidak cukup mendapat hindmilk cenderung lebih mudah mengalami kembung, kolik dan feses berwarna hijau. Hal ini dikarenakan foremilk lebih encer, memiliki kandungan kalori lebih rendah (karena kandungan lemaknya lebih rendah), dan lebih tinggi dalam hal laktosa. Kandungan laktosa yang tinggi inilah yang diduga bertanggung jawab pada feses yang berwarna hijau.

Karena kandungan kalori hindmilk lebih tinggi daripada foremilk, maka bayi yang banyak mendapat foremilk dan tidak cukup mendapat hindmilk cenderung lebih mudah lapar dan sering minta menyusu. Selain itu, berat badan bayipun biasanya sulit meningkat. “Banyak lho dok minum ASI-nya. Sering lagi. Tapi kok berat badannya tidak naik-naik juga ya”, demikian keluhan yang biasanya disampaikan oleh para ibu yang mengalami hal tersebut.

Dalam keadaan tertentu (yang tidak sering terjadi), warna hijau yang menetap pada feses bayi bisa disebabkan karena ia sedang mendapat pengobatan atau ia terpengaruh oleh obat atau makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Terkadang, feses yang hijau juga terjadi saat makanan padat mulai diperkenalkan padanya. Saluran pencernaannya mungkin belum siap untuk makanan padat. Bila perlu, tundalah pemberian makanan padat selama beberapa minggu untuk melihat perbedaannya.

Bila yang tejadi adalah feses berubah hijau, cair dan sangat sering, hal ini menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres pada pencernaannya. Mungkin ia terkena infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan terjadinya diare. Bila hal ini terjadi, segera hubungi dokter Anda. Diare pada anak sangat berbahaya karena bayi mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Apakah Si Kecil Sudah Siap Makan ?

Apakah Si Kecil Sudah Siap Makan ?

Pertumbuhan dan perkembangan si kecil dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan akan zat-zat gizi. Oleh karena itu, pemberian ASI/formula harus didampingi dengan pemberian makanan padat. Kapan saat yang tepat untuk memulainya dan apa yang sebaiknya Ibu berikan?

Buah hati ibu memerlukan asupan nutrisi yang memadai agar proses tumbuh kembangnya berlangsung secara optimal. Memasuki usia 6 bulan, si kecil memerlukan makanan tambahan selain ASI/formula guna memenuhi kebutuhannya akan zat-zat gizi. Pada masa penyapihan ini, Ibu harus sudah mulai memperkenalkan makanan padat sebagai pendamping dari ASI maupun susu formula.

Tumbuh Kembang Bayi
Perkembangan yang pesat dari si kecil terjadi pada usia 2-6 bulan. "Semburan" perkembangan otak dapat ibu lihat dari meningkatnya kemampuan si kecil dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan sekelilingnya. Jika sebelumnya si kecil tidur dengan pola yang tidak beraturan, maka sejalan dengan meningkatnya kematangan otak, pola tidurnya menjadi lebih teratur, dan tidur malamnyapun menjadi lebih panjang. Si kecil juga menjadi lebih waspada dan lebih 'gaul' dengan orang-orang di sekelilingnya, karena memasuki usia 3 bulan, fungsi penglihatannya sudah menyamai orang dewasa. Meningkatnya kematangan otak juga akan menyebabkan meningkatnya pengendalian motorik mulut, dimana si kecil tampak mulai bisa mengatur hisapannya dan mulai berlatih mengunyah. Apalagi jika gigi pertamanya sudah mulai tumbuh, si kecil akan semakin senang memasukkan benda-benda yang bisa digenggamnya ke dalam mulut, sehingga kemungkinan masuknya kuman penyebab penyakit menjadi lebih besar.

Untuk mendukung semua proses tumbuh kembang tersebut, maka sebaiknya ibu memberikan makanan pendamping ASI/formula bergizi tinggi, yang mengandung:

* Zat yang penting untuk pertumbuhan otak (misalnya AA dan DHA)
* Zat gizi yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh (misalnya prebiotik).
* Zat gizi untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi (kalsium).
* Berbagai vitamin dan mineral penting lainnya.
Makanan Pendamping ASI

Makanan padat sebagai pendamping ASI/formula sebaiknya mulai diperkenalkan pada saat si kecil berusia 4-6 bulan karena:

* pada usia 4-6 bulan, berat badan bayi umumnya telah mencapai 2 kali berat badan waktu lahir sehingga kebutuhannya akan energi dan zat-zat gizi meningkat.
* pemberian susu saja tidak akan mampu memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.
* sistem pencernaan bayi sudah mulai kuat dan siap mencerna makanan padat.

Kapan Mulai Diberikan?
Ada yang mengatakan bahwa makanan pendamping mulai diberikan pada saat bayi berumur 4 bulan. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pemberian makanan pendamping baru boleh dimulai pada saat bayi berumur 6 bulan. Sebetulnya, usia yang tepat untuk mulai memberikan makanan padat, tidak sama pada semua bayi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan dalam jumlah ASI/susu formula yang diterima oleh bayi, perbedaan kebutuhan dasar bayi dan perbedaan perkembangan sistem pencernaannya.

Bila ASI banyak dan mencukupi kebutuhan si kecil, sebaiknya diberikan ASI eksklusif, yaitu hanya diberikan ASI sampai usia 6 bulan.

Oleh karena itu Ibu tidak perlu bingung, karena hanya ibu dan bayi ibulah yang bisa menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI/formula. Ibu dituntut untuk lebih cermat dan lebih jeli dalam melihat tanda-tanda kesiapan yang diberikan oleh si kecil.

Tanda-tanda si kecil telah siap menerima makanan padat pertamanya adalah:

* Bayi tampak gelisah dan rewel karena lapar meskipun sudah diberikan ASI atau 250 ml susu formula sebanyak 4-5 kali/hari dengan interval 3,5-4 jam.
* Bayi mulai minta diberi minum lebih sering.
* Bayi mulai bangun pada malam hari untuk minta minum (padahal biasanya tidur nyenyak).
* Bayi sudah bisa duduk sambil disangga.
* Bayi memalingkan wajahnya dari payudara ibu atau dari botol susunya, dan lebih tertarik pada makanan yang ibu makan.
* Bayi sudah bisa membuka mulutnya saat makanan diarahkan kepadanya.
* Bayi mulai mengunyah tangannya atau mencoba memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya

Sumber:Artikel Milna "Apakah Si Kecil Sudah Siap Makan?"

Apakah Janin Sudah Belajar Menelan?

Apakah Janin Sudah Belajar Menelan?

Ya. Belajar memang bukan hanya seumur hidup di dunia. Belajar sudah di mulai bahkan sejak dalam kandungan. Janin memang harus belajar menelan agar saat lahir ia sudah siap untuk menerima asupan makanan (dalam hal ini ASI) melalui mulutnya. Menelan adalah bagian penting dari pematangan proses pencernaan makanan.

Janin mulai belajar menelan saat ia berusia sebelas minggu. Pada saat yang bersamaan, gerakan usus dan proses penyerapan dalam usus kecil mulai terjadi. Tapi apa sih yang ditelan olehnya?

Janin hidup dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Ia hidup dalam rahim yang kuat dan dilindungi oleh cairan ketuban yang membuatnya cukup bebas bergerak. Cairan ketuban inilah yang ditelannya.

Janin menelan cairan ketuban bukan tanpa alasan. Dengan menelannya, ia membantu untuk mengontrol jumlah cairan ketuban dalam rahim. Bila karena suatu hal ia gagal menelannya, maka jumlah cairan ketuban menjadi berlebihan. Selain itu, menelan air ketuban akanmemberikan sejumlah kecil protein yang sedikit membantu kebutuhan nutrisinya.

Tapi ada hal lain yang terjadi saat janin menelan air ketuban. Proses itu menyebabkan ia juga menelan rambut halus (lanugo) dan sel-sel sisa. Semua benda tersebut akan berkumpul dalam usus besarnya dan menjadi kotoran bayi yang disebut mekonium. Mekonium yang berwarna hijau dan lengket inilah yang keluar pada hari-hari pertama bayi dilahirkan ke dunia.

Termometer, Jenis dan Cara Pemakaiannya

Termometer, Jenis dan Cara Pemakaiannya

Termometer memang bukan barang antik yang jarang diketahui orang. Walau demikian, sayangnya benda yang sangat penting dan murah ini jarang dijumpai di rumah-rumah. Padahal, demam merupakan salah satu gejala penyakit yang paling sering dijumpai di dunia.

Termometer ditemukan beberapa abad lalu, tepatnya di abad XVI oleh ahli fisika sekaligus astronom Italia bernama Galileo. Tetapi, termometer air raksa yang akurat baru berhasil dibuat pada dua abad sesudahnya oleh Daniel Gabriel Fahrenheit. Karena itu, sampai saat ini skala fahrenheit masih umum dipakai, khususnya di negara Barat. Penemuan termometer berlanjut dengan dikembangkannya termometer yang memakai skala 100 oleh astronom Swedia bernama Anders Celcius. Nama belakangnya tidak asing terdengar bukan? Karena kita Indonesia umumnya memakai termometer dengan skala Celcius ini.

Penjalanan termometer tidak berhenti sampai disana. Alat ini terus dikembangkan untuk memberikan kemudahan dan ketepatan yang lebih baik bagi penggunanya. Beragam termometer yang kini ada misalnya:

1. Termometer ketiak
2. Termometer mulut
3. Termometer rektal
4. Termometer telinga
5. Termometer basal
6. Termometer digital

Keragaman termometer ini tentu tidak akan berguna bila hanya untuk dibaca tapi tidak dimiliki dan dimanfaatkan di rumah. Termometer air raksa sangat akurat dan murah harganya. Sayangnya, bila jatuh akan langsung pecah sehingga tidak terlalu dianjurkan penggunaannya pada bayi dan balita. Termometer digital lebih mahal harganya tetapi relatif lebih aman penggunaannya.

Termometer konvensional terdiri atas tabung gelas tertutup yang berisi cairan. Cairan yang umum dipakai dalam termometer kita adalah air raksa (merkuri). Di tepi tabung terlihat garis-garis yang menunjukkan skala temperatur. Bila suhu meningkat, air raksa dalam tabung yang sempit itu akan naik. Titik dimana air raksa tersebut berhenti naik menunjukkan berapa suhu tubuh yang tertera pada skala temperatur.

Yang harus diingat juga adalah selalu mengibas-kibaskan termometer sebelum dipakai. Hal ini disebabkan tabung termometer yang sempit itu akan mencegah air raksa yang sudah terlanjur naik untuk turun dengan sendirinya. Satu-satunya cara untuk menurunkan air raksa tersebut adalah dengan mengibas-kibaskan dengan tangan kita.

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer di Ketiak?

Ini merupakan cara penggunaan termometer yang tampaknya paling sering dilakukan. Caranya terlihat sangat sederhana sehingga hal ini mungkin yang menjadikannya pilihan pertama dan utama di kalangan masyarakat.

Pengukuran suhu ketiak (aksila) sesungguhnya tidak seakurat pengukuran oral (mulut) atau rektal. Temperatur yang terukur akan menghasilkan nilai 10 C lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran oral.

Cara pengukuran yang baik juga memerlukan waktu cukup lama yaitu sekitar 10 menit. Padahal, umumnya kita hanya menunggu beberapa menit saja dan dengan tidak sabar (mungkin karena cemas) segera mencabut dan membacanya. Dengan cara yang terburu-buru ini, keakuratannya tentu perlu dipertanyakan.

Termometer, jenis dan cara pengunaannya Termometer mulut

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer di Mulut?

Prinsip utama yang harus diingat adalah jangan menggunakan cara ini pada bayi dan anak yang masih kecil, terlebih bila menggunakan termometer air raksa.

Pengukuran suhu melalui mulut lebih akurat bila dibandingkan dengan pengukuran melalui ketiak. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang akurat, biarkan termometer di dalam mulut selama 3-4 menit sebelum di baca. Selain itu, jangan lupa mengibas-kibaskan termometer sebelum digunakan.

Saat meletakkan termometer ke dalam mulut, pastikan ujung termometer ditempatkan di bawah lidah sejauh mungkin. Sekali lagi, di bawah lidah. Hal ini penting mengingat kebanyakan orang melakukan dengan salah dan sekedar memasukkan termometer ke dalam mulut, dikulum di atas lidah dan cuma selama 1-2 menit saja. Cara pengukuran yang salah tentu menghasilkan informasi yang tidak akurat.

Pengukuran suhu melalui mulut juga dapat menjadi tidak akurat bila 20 menit sebelum pengukuran, Anda minum minuman panas atau dingin. Tindakan tersebut menyebabkan suhu di bawah lidah Anda menjadi berubah dan tidak dapat mewakili suhu tubuh.

Ternyata, tidak sederhana juga ya untuk dapat memakai termometer secara benar.

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer di Rektal?

Cara ini merupakan cara yang sangat baik hanya saja mungkin kurang menyenangkan. Bayi sebaiknya diukur dengan cara ini mengingat keakuratannya yang lebih tinggi. Suhu yang tercatat umumnya lebih tinggi 10 dibanding pengukuran suhu melalui mulut (oral).

Bila memakai termometer air raksa, pastikan Anda sangat berhati-hati. Gerakan mendadak dari bayi dapat membuat termometer pecah dan menimbulkan bahaya. Termometer dimasukkan melalui lubang pantat (anus) selama paling sedikit 3 menit. Jangan lupa untuk mengibas-kibaskan dulu termometer tersebut sebelum pemakaian agar air raksa yang sudah naik dapat turun kembali.

Untuk mendapat hasil yang optimal, baringkan bayi dalam posisi telungkup di atas alas yang lembut. Pisahkan kedua pantat bayi dengan jari kita lalu masukkan termomoter (yang telah diberi pelicin) sedalam ± 1 inci. Sesudah itu Anda tinggal menunggu selama 3 menit sambil menjaga secara hati-hati agar termometer tidak sampai pecah.

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer di Telinga?

Ini merupakan cara yang cukup canggih di mana yang diukur adalah temperatur gendang telinga. Cara kerjanya dalam menentukan suhu tubuh adalah membaca radiasi infrared yang berasal dari jaringan gendang telinga.

Pengukuran dengan cara ini memang memiliki beberapa kelebihan seperti kemampuan untuk mengukur secara lebih tepat temperatur dalam otak. Untuk diketahui, temperatur otak sebenarnya adalah ukuran yang paling tepat dalam hal pengukuran temperatur tubuh. Kelebihan lain adalah penggunaan waktu yang sangat singkat, sekitar 2 sampai 3 detik saja.

Hanya saja, keakuratan termometer model ini memang masih dipertanyakan oleh sebagian kalangan dokter. Selain itu, kelemahan lainnya terletak pada harganya yang masih cukup menguras kantong kita.

Karena faktor kekurangakuratan pengukuran khususnya pada anak, termometer telinga tidak dianjurkan pemakaiannya pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun.

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer Basal?

Temperatur basal adalah temperatur tubuh Anda saat baru bangun pagi. Temperatur ini biasanya juga merupakan temperatur tubuh yang terendah.

Lalu, apa pula yang dimaksud dengan termometer basal? Termometer basal merupakan temometer yang sangat sensitif yang digunakan untuk menilai perubahan temperatur yang sangat sedikit. Cara penggunaannya dapat melalui mulut atau melalui rektal.

Karena suhu yang ingin diukur adalah suhu basal, tentu saja pengukuran suhu dilakukan segera setelah Anda bangun tidur. Jadi, jangan letakkan termometer ini di sembarang tempat. Letakanlah pada lokasi yang sangat mudah dicapai dari tempat tidur. Bila Anda sudah terlanjur bangun dan berjalan, suhu tubuh Anda tentu telah berubah dan pengukuran menjadi tidak akurat.

Perubahan suhu yang terjadi digunakan untuk memperkirakan saat terjadinya pelepasan sel telur (ovulasi) pada wanita. Pada saat ovulasi, umumnya terjadi peningkatan suhu secara mendadak dan tidak kembali normal sampai menstruasi terjadi.

Dengan cara ini, kita dapat memperkirakan masa subur secara lebih akurat. Dengan mengetahui kapan ovulasi terjadi, kemungkinan keberhasilan pembuahan akan lebih besar. Karena itu, bagi mereka yang sedang menanti-nantikan datangnya kehamilan, cara ini mungkin dapat dicoba.

Bagaimana Cara Penggunaan Termometer Digital?

Ini adalah bagian dari kemajuan teknologi dimana termometer air raksa mulai digantikan oleh cara lain yang relatif lebih aman.

Termometer digital biasanya dilengkapi dengan bunyi (misalnya bip) yang akan memberitahukan bahwa pengukuran suhu telah selesai dilakukan. Cara pengukuran umumnya sama dengan cara pengukuran dengan memakai termometer konvensional (air raksa), hanya saja Anda tidak perlu melihat jam untuk mengetahui kapan pengukuran suhu selesai.

Walau demikian, biasakan membaca dahulu petunjuk yang disertakan oleh pabrik pembuat termometer tersebut. Sebab mungkin saja termometer yang Anda beli memerlukan cara berbeda untuk pemakaiannya.