Name:
Location: Indonesia

Monday, January 30, 2006

Teror Malam untuk anak

Teror Malam

Pernahkah Anda mengalami keadaan di mana buah hati Anda menjerit keras padahal Anda baru saja mau berangkat tidur malam? Jangan-jangan bukan hanya pernah tapi seringkali (terjadi).

Saat Ada berlari kencang ke kamarnya, anak Anda tampak terduduk dengan mata terbuka tapi sekan-akan ia tidak mengenali Anda. Dengan panik Anda mengguncang bahunya dan menanyakan apa yang telah terjadi. Ketika anak Anda tersadar dan tampak kebingungan, Anda mencoba menenangkannya dan menjelaskan bahwa tadi itu hanya mimpi buruk belaka. Dan buah hati Anda pun bukannya tenang malah bertambah gelisah.

Terjadi berulang
Kalau hanya sekali-kali terjadi mungkin tidak menjadi masalah. Tapi bagaimana kalau hal itu terjadi berulang-ulang dan waktunya pun kira-kira sama. Baru satu atau dua jam sang anak tertidur, ia menjerit ketakutan. Anda semakin bingung dan menjadi takut. Segala macam asumsi terlintas di benak. "Ada apa ya? Jangan-jangan kesehatannya terganggu. Atau...jangan-jangan ada setan yang mengganggu".

Bila hal pertama yang terlintas, dokter lah yang menjadi tujuan, dan bila pikiran kedua yang terlintas, pemuka agama atau malah paranormal yang akan menjadi target kunjungan. Apakah salah? Tidak juga sih, bukankah setiap orang tua pasti berupaya sebisanya agar buah hati tercinta senantiasa sehat dan jauh dari segala penyakit dan mara bahaya. Tapi sebelum itu, ada baiknya bila Anda membaca sekelumit kisah mengenai "teror saat tidur malam" ini.

Teror malam
Anak yang menjerit saat tidur umumnya tentu kita hubungkan dengan mimpi buruk. Padahal sesungguhnya ada satu istilah yang mungkin sedikit asing di telinga kita, yaitu teror malam.

Mimpi buruk terjadi pada fase tidur yang lelap yang kita sebut fase REM (Rapid Eye Movement). Fase ini dapat kita lihat dengan mudah saat memperhatikan seseorang saat ia tertidur. Lihat pada kelopak matanya yang tertutup dan kita bisa melihat gerakan ke kiri dan ke kanan secara teratur. Pada kasus mimpi buruk ini memang dapat membuat anak sangat ketakutan seakan-akan ia baru saja melewati suatu periode menakutkan yang nyata.

Beda halnya dengan teror malam. Keadaan ini terjadi pada fase non-REM. Pada saat terjadi teror malam, anak sesungguhnya tetap tertidur, walaupun matanya tampak terbuka. Kalaupun ia sampai terbangun, ia tidak akan ingat apa yang telah ia alami. Jadi, jangan heran kalau saat terbangun ia tidak bisa menjawab pertanyaan Anda mengenai "mimpi" yang baru saja ia alami.

Teror malam biasanya terjadi pada saat yang lebih kurang sama, sekitar satu atau dua jam setelah ia mulai tertidur dan berakhir dalam waktu beberapa menit sampai sejam. Jadi, sekarang sudah jelas bahwa bukan hal-hal aneh yang mengganggu tidurnya. Tapi, kok bisa terjadi ya?

Mengapa teror malam bisa terjadi?
Banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya teror malam. Kelelahan, kekecewaan dan stres psikologis merupakah hal-hal yang mungkin menjadi faktor pencetusnya. Karena itu, upayakan untuk mencegah jangan sampai anak terlalu letih atau mengalami stres yang berlebih. Ingat, anak pun juga bisa stress.

Lalu, harus bagaimana dong?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, mungkin ada baiknya untuk sedikit menenangkan perasaan Anda. Perlu diketahui, walau tampaknya menakutkan, keadaan ini ternyata tidak berbahaya. Walaupun demikian, bila hal ini terjadi terlalu sering, ada baiknya bila Anda meluangkan waktu untuk berkonsultasi dengan dokter. Satu hal lagi, teror malam umumnya terjadi pada anak berusia antara 3 dan 5 tahun. Selepas masa balitanya, teror malam pun umumnya mereda. Hal ini dihubungkan dengan kematangan perkembangan otak dan pola tidur anak.

Jadi, harus bagaimana sekarang? Pertama-tama adalah tetap bersikap tenang. Kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah malah memperbesarnya. Sekali lagi perlu diingat bahwa sesungguhnya anak masih tetap tertidur. Tidak perlu membangunkannya. Yang perlu dijaga adalah agar anak jangan sampai cedera. Mengapa? Karena anak yang mengalami teror malam bisa saja bangun dari tempat tidurnya dan berlari di kamar. Kalau ada benda-benda berbahaya di kamar, tentu dapat mencederai buah hati kita. Tahanlah anak dengan lemah lembut, jangan mengguncang-guncangnya agar terbangun. Hal itu malah akan menimbulkan ketakutan anak saat ia terbangun.

Kedua, jangan membuat anak terlalu lelah, kecewa ataupun stres. Anak-anak TK yang dipaksa belajar terlalu keras karena orang tua ingin yang "terbaik" bagi anaknya pun dapat mengalami stres yang berat. Ini adalah satu contoh stres pada anak. Karena itu, mari kita buat agar dunia anak menjadi dunia yang indah dan nyaman di mana ia merasa belajar bukanlah suatu beban melainkan seperti permainan yang menggembirakan.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home